Baratayuda Babak VII - Karna Tanding
Keterangan gambar: Wayang Karna.
Adipati Karna tetap diangkat menjadi senapati agung angkatan perang Kurawa, sebagai senapati pendampingnya ditunjuk Durgasena, Durta dan Jayarata. Sedangkan dipihak Pandawa, Arjuna ditunjuk sebagai senapati agung dan Werkudara sebagai senapati pengapit.
Senapati pendamping Kurawa bertempur dengan gagah berani dan dapat mengacaukan gelar siasat perang Pandawa. Melihat keadaan tersebut, Werkudara menekan aliran gerakan pasukan Kurawa, agar dapat mengembalikan pertahanan pasukannya. Setelah mengembalikan pertahanan dan berhasil menyusun barisan, Werkudara memerintahkan pasukan pengapit serentak maju menyerbu pertahanan pasukan Kurawa. Bagaikan ribuan gajah mengamuk serangan yang dilancarkan pasukan pengapit dibawah komando Werkudara akhirnya bisa menewaskan ketiga senapati pengapit Kurawa sekaligus.
Mengetahui hilangnya ketiga senapati pengapit tersebut, Adipati Karna dengan serentak menggerakkan bala tentaranya dan menggerakkan seluruh kekuatannya, Kurawa bergerak laksana air bah yang berusaha menggempur tanggul Pandawa yang kokoh. Pada kesempatan ini Sanjaya putra Yamawidura tewas, pada akhirnya Adipati Karna berhadapan dengan Arjuna.
Perang tanding kedua kesatria ini, ditampilkan dalam pedalangan dengan sangat indah. Pertempuran saudara seibu seolah olah dua pahlawan kembar yang sedang menari dengan gemulainya.
Kekuatan sangat seimbang dan kesaktiannya juga sangat sebanding. Setelah saling balas aji kesaktian dan senjata pusaka. Adipati Karna kemudan mengeluarkan pusaka andalannya Kyai Wijayacapa demikian pula Arjuna Arjuna segera menempatkan Pasopati pada gandewanya, Adipati Karna membidik dengan sangat hati-hati dan teliti diarahkan tepat pada leher Arjuna. Pada saat yang bersamaan lepasnya Kyai Wijayacapa kereta perang yang bersaiskan Prabu Salya tergoncang, Sri Batara Kresna yang menjadi sais kereta Arjuna kemudian memberi isyarat bahwa Karna telah melepaskan pusaka andalannya, Arjuna segera melepaskan Pasopati. Karena kereta perang yang dinaiki Adipati Karna tergoncang saat lepasnya Kyai Wijayacapa sehingga arahnya tidak tepat sasaran mengarah sedikit ke atas meluncur menyerempet gelung Arjuna, sementara Pasopati, panah pusaka yang mata anak panahnya berbetuk bulan sabit itu meluncur secepat kilat mengenai leher Adipati Karna.
Adipati Karna tetap berdiri tegak di kereta perang dengan gagahnya, Arjuna kemudian mendengar seruan Adipati Karna yang memintanya untuk mendekatinya, Sri Kresna mengetahui hal itu kemudian mencegah, berpesan Arjuna agar jangan gegabah. Rupanya yang menyeru adalah Keris Pusaka Kyai Jalak, yang tidak rela akan kematian Adipati Karna.
Dengan menggenggam keris pusaka Kyai Jalak, tubuh Adipati Karna bergerak, pada saat itu juga kepala Adipati Karna lepas dari tubuhnya, Adipati karna roboh di medan pertempuran Kurusetra, tewas dengan kebenaran yang diyakininya. Bersamaan dengan itu muncul dua ular besar bernama Ardawalika dan Nagakembang. Keduanya ingin membalaskan dendam kepada Arjuna, dengan membelit pusaka Adipati Karna, tetapi sebelum maksudnya terlaksana, Arjuna telah mendahului menewaskan kedua ular tersebut.
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Adipati Karna tetap diangkat menjadi senapati agung angkatan perang Kurawa, sebagai senapati pendampingnya ditunjuk Durgasena, Durta dan Jayarata. Sedangkan dipihak Pandawa, Arjuna ditunjuk sebagai senapati agung dan Werkudara sebagai senapati pengapit.
Senapati pendamping Kurawa bertempur dengan gagah berani dan dapat mengacaukan gelar siasat perang Pandawa. Melihat keadaan tersebut, Werkudara menekan aliran gerakan pasukan Kurawa, agar dapat mengembalikan pertahanan pasukannya. Setelah mengembalikan pertahanan dan berhasil menyusun barisan, Werkudara memerintahkan pasukan pengapit serentak maju menyerbu pertahanan pasukan Kurawa. Bagaikan ribuan gajah mengamuk serangan yang dilancarkan pasukan pengapit dibawah komando Werkudara akhirnya bisa menewaskan ketiga senapati pengapit Kurawa sekaligus.
Mengetahui hilangnya ketiga senapati pengapit tersebut, Adipati Karna dengan serentak menggerakkan bala tentaranya dan menggerakkan seluruh kekuatannya, Kurawa bergerak laksana air bah yang berusaha menggempur tanggul Pandawa yang kokoh. Pada kesempatan ini Sanjaya putra Yamawidura tewas, pada akhirnya Adipati Karna berhadapan dengan Arjuna.
Perang tanding kedua kesatria ini, ditampilkan dalam pedalangan dengan sangat indah. Pertempuran saudara seibu seolah olah dua pahlawan kembar yang sedang menari dengan gemulainya.
Kekuatan sangat seimbang dan kesaktiannya juga sangat sebanding. Setelah saling balas aji kesaktian dan senjata pusaka. Adipati Karna kemudan mengeluarkan pusaka andalannya Kyai Wijayacapa demikian pula Arjuna Arjuna segera menempatkan Pasopati pada gandewanya, Adipati Karna membidik dengan sangat hati-hati dan teliti diarahkan tepat pada leher Arjuna. Pada saat yang bersamaan lepasnya Kyai Wijayacapa kereta perang yang bersaiskan Prabu Salya tergoncang, Sri Batara Kresna yang menjadi sais kereta Arjuna kemudian memberi isyarat bahwa Karna telah melepaskan pusaka andalannya, Arjuna segera melepaskan Pasopati. Karena kereta perang yang dinaiki Adipati Karna tergoncang saat lepasnya Kyai Wijayacapa sehingga arahnya tidak tepat sasaran mengarah sedikit ke atas meluncur menyerempet gelung Arjuna, sementara Pasopati, panah pusaka yang mata anak panahnya berbetuk bulan sabit itu meluncur secepat kilat mengenai leher Adipati Karna.
Adipati Karna tetap berdiri tegak di kereta perang dengan gagahnya, Arjuna kemudian mendengar seruan Adipati Karna yang memintanya untuk mendekatinya, Sri Kresna mengetahui hal itu kemudian mencegah, berpesan Arjuna agar jangan gegabah. Rupanya yang menyeru adalah Keris Pusaka Kyai Jalak, yang tidak rela akan kematian Adipati Karna.
Dengan menggenggam keris pusaka Kyai Jalak, tubuh Adipati Karna bergerak, pada saat itu juga kepala Adipati Karna lepas dari tubuhnya, Adipati karna roboh di medan pertempuran Kurusetra, tewas dengan kebenaran yang diyakininya. Bersamaan dengan itu muncul dua ular besar bernama Ardawalika dan Nagakembang. Keduanya ingin membalaskan dendam kepada Arjuna, dengan membelit pusaka Adipati Karna, tetapi sebelum maksudnya terlaksana, Arjuna telah mendahului menewaskan kedua ular tersebut.
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Posting Komentar untuk "Baratayuda Babak VII - Karna Tanding"