Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Baratayuda Babak VI - Gatotkaca Gugur (Suluhan)

Lakon Gatotkaca Gugur
Keterangan gambar: Wayang Gatotkaca.

Setelah Burisrawa tewas, Kurawa menetapkan Adipati Karna menjadi senapati agung, sebelum pelantikan Adipati Karna menjadi senapati agung didalam persidangan yang dimpin Prabu Duryudana terjadi perselisihan antara Adipati Karna dengan Resi Krepa, Akibatnya Resi Krepa mati oleh Adipati Karna.

Adapun penyebab perselisihan tersebut, Resi Krepa dalam persidangan bahwa Adipati Karna itu sebetulnya musuh dalam selimut, pada lahirnya membantu Kurawa tapi tata batinnya memihak pada Pandawa. Tuduhan tersebut membuat Adipati Karna marah dan akhirnya Resi Krepa dibunuhnya dan Aswatama diusir oleh Duryudana karena berselisih dengan Adipati Karna karena tidak terima dengan kematian Resi Krepa.

Untuk membuktikan kesetiannya, Adipati Karno mengajukan diri menjadi Senapati agung Kurawa.

Mendengar Kurawa mengangkat Adipati Karna sebagai senapati agung, Pandawa segera menugaskan Gatotkaca sebagai senapati agung.

Gatotkaca diangkat sebagai senapati. Arimbi dan paman-pamannya sangat bangga dan bersedia membantu bertempur dengan reksasa Awangga. Karna matak aji Kalalupa dan keluartah beribu-ribu raksasa sehingga melumpuhkan tentara Pringgadani. Gatotkaca mantak aji Narantaka dan lenyaplah semua raksasa ciptaan Adipati Karna.

Aji Naracabala dikeluarkan Adipati Karna, namun Gatotkaca kebal karena bertiwikrama dan dapat mengeluarkan berbagai senjata dari badannya Gatotkaca mengamuk dan menewaskan banyak prajurit Astina, termasuk Prabu Kismaka putra Prabu Bomanarakasura raja Suroteleng yang pada waktu itu menggangu barisan Pandawa dengan gerakan berselimut.

Melihat segala aji yang dikeluarkan dapat diimbangi oleh Gatotkaca, Adipati segera mengeluarkan senjata andalannya, Kuntawijayadanu.

Melihat Karna akan melepas Kuntawijayadanu, Gatotkaca bersiasat segera melesat secepat kilat tinggi ke angkasa. Senjata Kunta tidak dapat menjangkau Gatotkaca. Senjata Kunta kemudian dibawa oleh arwah Kala Bendana, dan berkata: "…miturut wansiting Jawata, samengko wus dungkap wancine jeneng sira kundur menyang suwarga (menurut wangsit dari dewata, sekarang sudah saatnya kamu pulang ke surga)"

Gatotkaca segera membuka udhet yang dibalutkan Arimbi untuk menutupi puser pengapesannya. Kunta segera masuk ke puser dan bertemu dengan rangkanya, yang telah berada disitu ketika lakon "Laire Gatotkaca". Merasa ajalnya telah sampai, disaat-saat terakhir badannya meluncur cepat menimpa kereta Adipati Karna. Adipati Karna bisa menghidar tetapi beratus-ratus prajurit tewas karenanya. Arwah Gatotkaca bersama Kalabendana naik ke sorga dan Dewi Arimbi ikut bela pati.

Mengetahui putranya tewas, Werkudara menjadi sangat marah, Werkudara mengamuk dengan hebatnya, gada Rujakpolo membabat habis bala tentara Kurawa, tubuh-tubuh beterbangan dihantam gada Rujakpolo seperti daun kering tertiup angin, Arya Werkudara bermaksud mencari Adipati Karna, tetapi Werkudara harus dapat menjebol pertahan Kurawa yang sangat kuat, Wikataboma roboh oleh Arya Werkudara, Bomawikata demikian pula meregang nyawa dihantam gada Rujakpolo.

Akhirnya Bima berhadapan dengan Dursasana, keduanya bertempur dengan hebatnya, masing-masing dilambari dendam yang menyala-nyala. Bima mendesak Dusrsasana. Akhirnya badan Dursasana bisa ditangkap dan gada Rujakpolo mengayun deras menghantam tubuh Dursasana. Dursasana tewas seketika. Tubuhnya dilempar Arya Werkudara sampai jauh kebelakang pertahanan Pandawa.

Dewi Drupadi dan Dewi Kunti akhirnya bisa melepas nazarnya dengena kematian Dursasana. Dendam kesumat Dewi Drupadi pada Dursasana dikisahkan dalam lakon "Pendawa Dadu" sedangkan dendam Dewi Kunti dikisahkan pada lakon "Lenga Tala".

Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Dodi Subandoro
Dodi Subandoro Keep Calm and Carry On
Rabbighfirlii Warhamnii Wajburnii Warfa’nii Warzuqnii Wahdinii Wa’aaifinii Wa’fuaniii

Posting Komentar untuk "Baratayuda Babak VI - Gatotkaca Gugur (Suluhan)"