Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Baratayuda Babak IV - Abimanyu Gugur (Ranjapan)

Lakon Abimanyu Gugur
Keterangan gambar: Wayang Abimanyu.

Sudah hampir dua minggu peperangan Baratayuda berlangsung, Abimanyu mengendarai kereta perang dengan Sumitra sebagai saisnya. Abimanyu/Angkawijaya yang telah ditunjuk sebagai senapati agung angkatan perang Pandawa dengan gagah berani menyerang barisan pertahanan Kurawa, melihat sepak terjang Abimanyu memimpin pasukan perang hingga mampu menjebol pertahanan, Resi Durna memberikan perintah untuk merubah taktik perang, yang selama ini bertahan dengan gelar Diradadameta (gajah mengamuk) diubah dengan gelar pasukan Cakrabuya (roda berputar).

Gelar Cakrabuya ini gelar perang yang penuh dengan jebakan, sehingga yang tidak berhati-hati bisa terpancing dalam perangkap musuh. Abimanyu terperangkap, tidak dapat keluar dari kepungan Kurawa, Sumitra Wilugangga tewas ditangan Adipati Karna, melihat adiknya tewas, Abimanyu terpancing emosi, ia mengamuk membabi buta, Abimanyu dikeroyok dalam barisan Kurawa.

Sementara bantuan dari Pandawa, sangat sulit menembus barisan Kurawa. Abimanyu dikerubut serta dikeroyok (ranjap-Jawa), sehingga tubuhnya penuh luka, puluhan anak panah menancap ditubuhnya. Disaat badan luka yang sangat hebat, Abimanyu masih dapat membunuh Sarjakusuma/ Leksmanamandrakumara dan beberapa kepala pasukan Kurawa.

Melihat tewasnya Leksmanamandrakumara, Jayadrata maju merebut tubuh putra mahkota Astina tersebut. Dengan gada Kyai Glinggang ia menghantam Abimanyu, Abimanyu tewas di medan pertempuran.

Mengetahui tewasnya Abimanyu, Arjuna menjadi sangat marah. Arjuna melesat ke barisan Kurawa, mencari Jayadrata. Dalam usaha menembus barisan Kurawa Arjuna menewaskan Wisakusuma putra Jayadrata dengan Dewi Dursilawati. Kurawa mendengar sumpah Arjuna, jika sampai matahari terbenam belum mampu membunuh Jayadrata, Arjuna akan ikut masuk pancaka pembakaran anaknya, segera bertindak menyembunyikan Jayadrata.

Gelar perang Cakrabuya sangat sulit ditembus, Sri Kresna mengetahui sulitnya menembus barisan Kurawa yang melindungi Jayadrata, kemudian bersiasat melepaskan senjata Cakra ke arah matahari, sehingga menutupi sinar matahari, suasana medan pertempuran seolah-olah menjadi sore sedikit demi sedikit menjadi gelap, sehingga penjagaan Jayadrata semakin mengendor. Arya Tirtanata/Jayadrata menjadi lengah akan keadan, kemudian di menampakan diri diantara pasukan Kurawa akan tetapi tiba-tiba panah Pasopati melesat meluncur memenggal leher Jayadrata. Panah Pasopati memang sudah disiapkan ditangan Arjuna atas petunjuk Sri Batara Kresna.

Keganasan perang Baratayuda belum berakhir hari itu, kepala Jayadrata yang terlepas dari tubuhnya terpenggal tajamnya panah pusaka Pasopati, diambil oleh Begawan Sempani ayahnya, ia dihidupkan lagi dengan menggigit cis (semacam belati) kepala Jayadrata tersebut melayang-layang mengamuk mencari mangsa. Gandawardaya, Gandakusuma dan Prabukusuma diantaranya yang tewas oleh kepala Jayadrata.

Akhirnya kepala Tirtanata hancur lebur dihantam gada Rujakpolo Arya Bima dan kembali ke asalnya menjadi bungkus/ari-ari, karena Arya Tirtanata/Jayadrata dicipta oleh Begawan Sempani dari bungkus/ari-ari yang terbawa arus gelombang.

Sedangkan Begawan Sempani tewas oleh Arjuna.

Didalam upacara pembakaran Abimanyu, Dewi Siti Sundari ikut belapati masuk ke dalam api pancaka.

Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Dodi Subandoro
Dodi Subandoro Keep Calm and Carry On
Rabbighfirlii Warhamnii Wajburnii Warfa’nii Warzuqnii Wahdinii Wa’aaifinii Wa’fuaniii

Posting Komentar untuk "Baratayuda Babak IV - Abimanyu Gugur (Ranjapan)"