Baratayuda Babak III - Bogadenta Gugur (Paluhan)
Keterangan gambar: Wayang Prabu Bogadenta.
Dengan tewasnya Resi Bisma, Prabu Bogadenta diangkat menjadi senapati agung, dengan senapati pengapitnya Katipeya. Demikian juga pihak Pandawa, mereka juga melakukan rotasi pasukan, Arjuna diangkat sebagai senapati agung sedangkan Arya Bima ditunjuk sebagai senapati pengapit.
Dengan mengendarai gajah Murdaningkung dengan sratinya Dewi Murdaningsih, Prabu Bogadenta merangsek maju, mengamuk di garis depan pasukan Pandawa, sedikit demi sedikit pasukan garis depan Pandawa terdesak, Prabu Bogadenta dapat menghancurkan gelar Garuda Nglayang yang di tampilkan Pandawa.
Melihat garis depan yang kocar-kacir diamuk Prabu Bogadenta dan pasukannya, Arjuna dengan kereta perangnya, menggeser pasukannya menuju posisi Prabu Bogadenta dibantu pasukan pimpinan Arya Werkudara sebagai pasukan pendamping. Perang tanding atara kedua panglima ini akhirnya dimenangkan oleh Arjuna, Prabu bogadenta tewas ditangan Arjuna. Demikian juga senapati pengapit Kurawa, Kartipeya dan pasukanya tercerai berai dihantam amukan Arya Werkudara dengan gada Rujakpolonya. Akhirnya Kartipeya tewas tak kuasa menahan amukan Arya Werkeudara.
Prabu Duryudana melihat senapati agung dan senapati pengapitnya tumbang di medan pertempuran segera mengangkat Prabu Gardapati raja Puralaya sebagai senapati agung dan Wresaya sebagai senapati pendamping.
Mengetahui siasat perang Kurawa berubah, Pandawa juga melakukan perubahan posisi, Arya Werkudara menjadi senapati agung dan Arjuna sebagai senapati pengapit. Pertempuran antara pasukan inti Kurawa dan Pandawa, bergeser di lokasi yang banyak terdapat lumpur hidup/lumpur hisap (embel/kepaluh - Jawa) banyak pasukan dari kedua belah pihak yang tewas terperangkap lumpur hisap ini. Prabu Gardapati dan Wresaya akhirnya tewas tenggelam dibenamkan ke dalam lumpur oleh Arya Werkudara.
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Dengan tewasnya Resi Bisma, Prabu Bogadenta diangkat menjadi senapati agung, dengan senapati pengapitnya Katipeya. Demikian juga pihak Pandawa, mereka juga melakukan rotasi pasukan, Arjuna diangkat sebagai senapati agung sedangkan Arya Bima ditunjuk sebagai senapati pengapit.
Dengan mengendarai gajah Murdaningkung dengan sratinya Dewi Murdaningsih, Prabu Bogadenta merangsek maju, mengamuk di garis depan pasukan Pandawa, sedikit demi sedikit pasukan garis depan Pandawa terdesak, Prabu Bogadenta dapat menghancurkan gelar Garuda Nglayang yang di tampilkan Pandawa.
Melihat garis depan yang kocar-kacir diamuk Prabu Bogadenta dan pasukannya, Arjuna dengan kereta perangnya, menggeser pasukannya menuju posisi Prabu Bogadenta dibantu pasukan pimpinan Arya Werkudara sebagai pasukan pendamping. Perang tanding atara kedua panglima ini akhirnya dimenangkan oleh Arjuna, Prabu bogadenta tewas ditangan Arjuna. Demikian juga senapati pengapit Kurawa, Kartipeya dan pasukanya tercerai berai dihantam amukan Arya Werkudara dengan gada Rujakpolonya. Akhirnya Kartipeya tewas tak kuasa menahan amukan Arya Werkeudara.
Prabu Duryudana melihat senapati agung dan senapati pengapitnya tumbang di medan pertempuran segera mengangkat Prabu Gardapati raja Puralaya sebagai senapati agung dan Wresaya sebagai senapati pendamping.
Mengetahui siasat perang Kurawa berubah, Pandawa juga melakukan perubahan posisi, Arya Werkudara menjadi senapati agung dan Arjuna sebagai senapati pengapit. Pertempuran antara pasukan inti Kurawa dan Pandawa, bergeser di lokasi yang banyak terdapat lumpur hidup/lumpur hisap (embel/kepaluh - Jawa) banyak pasukan dari kedua belah pihak yang tewas terperangkap lumpur hisap ini. Prabu Gardapati dan Wresaya akhirnya tewas tenggelam dibenamkan ke dalam lumpur oleh Arya Werkudara.
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Posting Komentar untuk "Baratayuda Babak III - Bogadenta Gugur (Paluhan)"