Baratayuda Babak II - Bisma Gugur (Tawur)
Keterangan gambar: Wayang Resi Bisma.
Setelah gugurnya putra-putra Wirata, api peperangan semakin berkobar-kobar. Pihak Pandawa kemudian mengangkat Drestajumena/Drestadyumna sebagai penggantinya. Drestajumena/Destryadyumna putra Prabu Drupada dari Cempalaradya/Pancala. Kurawa mendengar pengangkatan Drestajumena tetap mempercayakan posisi senapati agung kepada Resi Bisma.
Di bawah kepemimpinan senapati agung Drestajumena, Pandawa merubah siasat perang. Drestajumena menggelar formasi perang Garuda Nglayang dengan posisi pemimpin barisan diisi Sri Kresna, Prabu Yudistira, Werkodara, Arjuna dan Dewi Srikandi, Nakula, Sadewa, Arya Setyaki/Sencaki, Prabu Drupada dan Drestajumena.
Menghadapi gelaran perang Garuda Nglayang, Kurawa menghadapi dengan gelaran yang sama, dengan posisi pemimpin barisan diisi oleh Prabu Duryudana, Prabu Salya, Arya Sengkuni/Sakuni, Resi Durna, Resi Bisma dan Arya Dursasana. Di dalam Babak II ini, telah gugur di medan pertempuran: Jayawikata dan Wikatajaya di tangan Gatotkaca, Wikataboma dan Bomawikata di tangan Gagakbaka/Gagakbongkol.
Prabu Sumarma raja Trigatapura dengan senjata Warasta Naracabala, Kyai Tundungmungsuh menghadapi Arya Werkudara dengan membawa Bargawastra dan gada Rujakpolo. Dalam perang tanding ini, akhirnya Prabu Sumarma tewas ditangan Bima, badannya hancur dihantam gada Rujakpolo.
Di dalam babak ini pula diadakan korban demi kemenangan pihak yang berperang, dengan syarat mutlak harus dilakukan dengan sukarela oleh si korban. Resi Ijrapa dan putranya Rawan menyediakan diri sebagai tawur, sebagai balas jasanya karena Bima telah menyelamatkan nyawa mereka. Antareja, putra Bima bersedia menjadi tawur Pandawa, dengan menjilat tapak kakinya sendiri (ada kisah yang mengisahkan tewasnya Antareja karena campur tangan Sri Batara Kresna).
Prabu Dirgantara yang bersenjatakan Candrasa berhadapan dengan Arya Setyaki/Sencaki, Prabu Dirgantara tewas dihantam Arya Setyaki/Sencaki dengan gada Wesikuning. Dalam waktu yang hampir bersamaan Prabu Dirgandana juga tewas dihantam gada Wesipurosani oleh Arya Sangasanga putra Arya Sentyaki.
Resi Bisma melihat satu demi satu senapati Kurawa berguguran, melesat mendesak maju pertahanan Pandawa. Melihat pergerakan Resi Bisma yang akan menusuk jantung pertahanan Pandawa, Dewi Wara Srikandi menggeser pergerakan pasukannya menghadang pergerakan Resi Bisma. Disaat Resi Bisma sudah saling berhadapan dengan Dewi Wara Srikandi senapati wanita, Resi Bisma sudah bisa merasa bahwa waktunya telah tiba baginya wanita inilah yang akan menjemput kematiannya, seperti yang dikatakan Dewi Amba, menjelang kematiannya. Resi Bisma gugur oleh Dewi Wara Srikandi dengan senjata panah Herusangkali dan Herudadali yang dalam waktu bersamaan menembus tubuhnya.
Tak berselang lama, Prabu Malawapati, raja negara Malawa tewas dengan panah pusaka Herudadali yang dilepaskan Arjuna, Warsusarma patih negara Trigatapura terbunuh oleh Gatotkaca, Satrutapa patih negara Malawa tewas ditangan Arya Setyaki/Sencaki.
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Setelah gugurnya putra-putra Wirata, api peperangan semakin berkobar-kobar. Pihak Pandawa kemudian mengangkat Drestajumena/Drestadyumna sebagai penggantinya. Drestajumena/Destryadyumna putra Prabu Drupada dari Cempalaradya/Pancala. Kurawa mendengar pengangkatan Drestajumena tetap mempercayakan posisi senapati agung kepada Resi Bisma.
Di bawah kepemimpinan senapati agung Drestajumena, Pandawa merubah siasat perang. Drestajumena menggelar formasi perang Garuda Nglayang dengan posisi pemimpin barisan diisi Sri Kresna, Prabu Yudistira, Werkodara, Arjuna dan Dewi Srikandi, Nakula, Sadewa, Arya Setyaki/Sencaki, Prabu Drupada dan Drestajumena.
Menghadapi gelaran perang Garuda Nglayang, Kurawa menghadapi dengan gelaran yang sama, dengan posisi pemimpin barisan diisi oleh Prabu Duryudana, Prabu Salya, Arya Sengkuni/Sakuni, Resi Durna, Resi Bisma dan Arya Dursasana. Di dalam Babak II ini, telah gugur di medan pertempuran: Jayawikata dan Wikatajaya di tangan Gatotkaca, Wikataboma dan Bomawikata di tangan Gagakbaka/Gagakbongkol.
Prabu Sumarma raja Trigatapura dengan senjata Warasta Naracabala, Kyai Tundungmungsuh menghadapi Arya Werkudara dengan membawa Bargawastra dan gada Rujakpolo. Dalam perang tanding ini, akhirnya Prabu Sumarma tewas ditangan Bima, badannya hancur dihantam gada Rujakpolo.
Di dalam babak ini pula diadakan korban demi kemenangan pihak yang berperang, dengan syarat mutlak harus dilakukan dengan sukarela oleh si korban. Resi Ijrapa dan putranya Rawan menyediakan diri sebagai tawur, sebagai balas jasanya karena Bima telah menyelamatkan nyawa mereka. Antareja, putra Bima bersedia menjadi tawur Pandawa, dengan menjilat tapak kakinya sendiri (ada kisah yang mengisahkan tewasnya Antareja karena campur tangan Sri Batara Kresna).
Prabu Dirgantara yang bersenjatakan Candrasa berhadapan dengan Arya Setyaki/Sencaki, Prabu Dirgantara tewas dihantam Arya Setyaki/Sencaki dengan gada Wesikuning. Dalam waktu yang hampir bersamaan Prabu Dirgandana juga tewas dihantam gada Wesipurosani oleh Arya Sangasanga putra Arya Sentyaki.
Resi Bisma melihat satu demi satu senapati Kurawa berguguran, melesat mendesak maju pertahanan Pandawa. Melihat pergerakan Resi Bisma yang akan menusuk jantung pertahanan Pandawa, Dewi Wara Srikandi menggeser pergerakan pasukannya menghadang pergerakan Resi Bisma. Disaat Resi Bisma sudah saling berhadapan dengan Dewi Wara Srikandi senapati wanita, Resi Bisma sudah bisa merasa bahwa waktunya telah tiba baginya wanita inilah yang akan menjemput kematiannya, seperti yang dikatakan Dewi Amba, menjelang kematiannya. Resi Bisma gugur oleh Dewi Wara Srikandi dengan senjata panah Herusangkali dan Herudadali yang dalam waktu bersamaan menembus tubuhnya.
Tak berselang lama, Prabu Malawapati, raja negara Malawa tewas dengan panah pusaka Herudadali yang dilepaskan Arjuna, Warsusarma patih negara Trigatapura terbunuh oleh Gatotkaca, Satrutapa patih negara Malawa tewas ditangan Arya Setyaki/Sencaki.
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Posting Komentar untuk "Baratayuda Babak II - Bisma Gugur (Tawur)"