Jayadrata - ꦗꦪꦢꦿꦠ
Jayadrata tercipta dari bungkus/ari-ari/plecenta Bima/Werkudara.
Pada waktu Bima lahir dalam keadaan bungkus, baru dapat keluar dari bungkusnya setelah bungkus tersebut dirobek oleh Gajah Sena dan bungkus tersebut dibuang ke laut.
Pada saat itu di padepokan Kalingga di wilayah Banakeling, Resi Sapwani sangat prihatin karena kekosongan tampuk pimpinan Kerajaan Sindu. Ada yang menyebut Resi Sapwani dengan nama Resi Sempani dan negara Sindu dengan nama Sindukalangan.
Prabu Sinduraja muksa dengan tidak meninggalkan keturunan sebagai penerus tahta kerajaan Sindu. Sedangkan Resi Sapwani sebagai penasihat agung kerajaan belum dapat menentukan siapa penggantinya.Karena patih kerajaan Sindukalangan juga menolak untuk menduduki singgasana kerajaan.
Resi Sapwani kemudian bertapa ditepi samudra, pada suatu ketika dia melihat bungkus bayi yang terapung terbawa ombak. Setelah didapatkannya bungkus tersebut dicipta menjadi bayi, tetapi masih belum bernyawa. Bayi tersebut kemudian dibawa pulang ke padepokan Kalingga, dan diserahkan kepada istrinya yang kemudian memercikinnya dengan tirta pawitra sehingga dapat hidup. Oleh Resi Sapwani anak tersebut diberi nama Bambang Segara, Nyai Sapwani memberi nama Arya Tirtanata. Arya Tirtanata kemudian dibawa ke negara Sindu. Atas musyawarah anatar Resi Sapwani selaku penasihat agung negara Sindu dengan Jayadrata sebagai patih negara Sindu didapat kata sepakat bahwa Arya Tirtanata sinobatkan menjadi raja kerajaan Sindu dengan gelar Prabu Sinduraja.
Sebagai orang yang diserahi pemerintahan dan mempunyai tanggungyang besar, Prabu Sindurajaingin memperdalam pengetahuan tata kelola pemerintahan dan tata negara.
Atas nasihat Resi Sapwani, Arya Tirtanata diberi tahu agar berguru kepada Prabu Pandudewanata raja negara Astina. Yang kala itu sangat terkenal dengan tata kelola negara, pemerintahan dan peperangan.
Untuk merahasiakan tentang dirinya, Resi Sapwani kemudian menukar nama Prabu Sindururaja dengan nama patihnya, yaitu Jayadrata dan sebaliknya Jayadrata menggunakan nama Arya Tirtanata.
Prabu Sinduraja yang sudang menggunakan nama Jayadrata kemudian berangkat ke Astina. Pada saat itu, Kurawa tengah mencari daya upaya agar tidak selalu diganggu oleh Pandawa, karena mereka tidak sanggup berhadapan dengan Bima. Saat mereka mencari jago, bertemulah mereka dengan Jayadrata.
Sesudah diadakan pembicaraan Jayadrata kemudian dibawa ke Gajahoya, di mana pangeran Drestarata dan Kurawa bersemayam. Perwatakan Jayadrata yang berani, penuh kesungguhan dan setia dan perawakan yang gagah perkasa serta tampan juga mahir mempergunakan senjata gada, oleh Resi Sapwani Jayadrata diberi gada pusaka bernama Kyai Glinggang dan karena kestiannya dengan Kurawa akhirnya Jayadrata dinikahkan dengan Dewi Dursilawati.
Dalam perkawinannya dengan Dewi Dursilawati, Jayadrata mempunyai dua orang putra yaitu Arya Wirata dan Arya Surata, yang dikemudian hari menggantikan kedudukan Prabu Sinduraja sebagai raja Sindukalangan pada zaman Prabu Parikesit.
Jayadrata dalam perang Baratayuda gugur oleh senjata Pasopati milik Arjuna, setelah membunuh Abimanyu, Jayadrata disembunyikan oleh Kurawa karena mendengar sumpah Arjuna apabila pembunuh Abimanyu tidak ditemukan sampai matahari terbenam maka dia akan belapati masuk pancaka pembakaran bersama Abimanyu.
Atas siasat Sri Kresna, matahari sore ditutupi ole senjata Cakra, hingga seolah matahari sudah terbenam. Jayadrata kemudian menampakkan diri dari persembunyian karena merasa aman, secepat kilat Pasopati menyambar putus leher Jayadrata, yang memang telah disiapkan Arjuna jika sewaktu-waktu Jayadrata muncul.
Oleh Resi Sapwani, kepala Jayadrata yang terpisah dari badannya kemudian dihidupkan lagi, muludnya diberi senjata Cis dan langsung terjun ke peperangan.
Kepala Jayadrata mengamuk dengan hebatnya, banya wadya bala Pandawa yang menjadi korban, tetapi sepak terja kepala Jayadrata berakhir dihantam hancur oleh gada Rujakpolo milik Werkudara.
Wanda: Panglawung
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Pada waktu Bima lahir dalam keadaan bungkus, baru dapat keluar dari bungkusnya setelah bungkus tersebut dirobek oleh Gajah Sena dan bungkus tersebut dibuang ke laut.
Pada saat itu di padepokan Kalingga di wilayah Banakeling, Resi Sapwani sangat prihatin karena kekosongan tampuk pimpinan Kerajaan Sindu. Ada yang menyebut Resi Sapwani dengan nama Resi Sempani dan negara Sindu dengan nama Sindukalangan.
Prabu Sinduraja muksa dengan tidak meninggalkan keturunan sebagai penerus tahta kerajaan Sindu. Sedangkan Resi Sapwani sebagai penasihat agung kerajaan belum dapat menentukan siapa penggantinya.Karena patih kerajaan Sindukalangan juga menolak untuk menduduki singgasana kerajaan.
Resi Sapwani kemudian bertapa ditepi samudra, pada suatu ketika dia melihat bungkus bayi yang terapung terbawa ombak. Setelah didapatkannya bungkus tersebut dicipta menjadi bayi, tetapi masih belum bernyawa. Bayi tersebut kemudian dibawa pulang ke padepokan Kalingga, dan diserahkan kepada istrinya yang kemudian memercikinnya dengan tirta pawitra sehingga dapat hidup. Oleh Resi Sapwani anak tersebut diberi nama Bambang Segara, Nyai Sapwani memberi nama Arya Tirtanata. Arya Tirtanata kemudian dibawa ke negara Sindu. Atas musyawarah anatar Resi Sapwani selaku penasihat agung negara Sindu dengan Jayadrata sebagai patih negara Sindu didapat kata sepakat bahwa Arya Tirtanata sinobatkan menjadi raja kerajaan Sindu dengan gelar Prabu Sinduraja.
Sebagai orang yang diserahi pemerintahan dan mempunyai tanggungyang besar, Prabu Sindurajaingin memperdalam pengetahuan tata kelola pemerintahan dan tata negara.
Atas nasihat Resi Sapwani, Arya Tirtanata diberi tahu agar berguru kepada Prabu Pandudewanata raja negara Astina. Yang kala itu sangat terkenal dengan tata kelola negara, pemerintahan dan peperangan.
Untuk merahasiakan tentang dirinya, Resi Sapwani kemudian menukar nama Prabu Sindururaja dengan nama patihnya, yaitu Jayadrata dan sebaliknya Jayadrata menggunakan nama Arya Tirtanata.
Prabu Sinduraja yang sudang menggunakan nama Jayadrata kemudian berangkat ke Astina. Pada saat itu, Kurawa tengah mencari daya upaya agar tidak selalu diganggu oleh Pandawa, karena mereka tidak sanggup berhadapan dengan Bima. Saat mereka mencari jago, bertemulah mereka dengan Jayadrata.
Sesudah diadakan pembicaraan Jayadrata kemudian dibawa ke Gajahoya, di mana pangeran Drestarata dan Kurawa bersemayam. Perwatakan Jayadrata yang berani, penuh kesungguhan dan setia dan perawakan yang gagah perkasa serta tampan juga mahir mempergunakan senjata gada, oleh Resi Sapwani Jayadrata diberi gada pusaka bernama Kyai Glinggang dan karena kestiannya dengan Kurawa akhirnya Jayadrata dinikahkan dengan Dewi Dursilawati.
Dalam perkawinannya dengan Dewi Dursilawati, Jayadrata mempunyai dua orang putra yaitu Arya Wirata dan Arya Surata, yang dikemudian hari menggantikan kedudukan Prabu Sinduraja sebagai raja Sindukalangan pada zaman Prabu Parikesit.
Jayadrata dalam perang Baratayuda gugur oleh senjata Pasopati milik Arjuna, setelah membunuh Abimanyu, Jayadrata disembunyikan oleh Kurawa karena mendengar sumpah Arjuna apabila pembunuh Abimanyu tidak ditemukan sampai matahari terbenam maka dia akan belapati masuk pancaka pembakaran bersama Abimanyu.
Atas siasat Sri Kresna, matahari sore ditutupi ole senjata Cakra, hingga seolah matahari sudah terbenam. Jayadrata kemudian menampakkan diri dari persembunyian karena merasa aman, secepat kilat Pasopati menyambar putus leher Jayadrata, yang memang telah disiapkan Arjuna jika sewaktu-waktu Jayadrata muncul.
Oleh Resi Sapwani, kepala Jayadrata yang terpisah dari badannya kemudian dihidupkan lagi, muludnya diberi senjata Cis dan langsung terjun ke peperangan.
Kepala Jayadrata mengamuk dengan hebatnya, banya wadya bala Pandawa yang menjadi korban, tetapi sepak terja kepala Jayadrata berakhir dihantam hancur oleh gada Rujakpolo milik Werkudara.
Wanda: Panglawung
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Posting Komentar untuk "Jayadrata - ꦗꦪꦢꦿꦠ"