Duryudana
Dasanama Duryudana: Detaputra, Gendarisuta, Jakapitana, Jakawitana, Kurupati dan Suyudana.
Duryudana adalah putra Prabu Destarata putra begawan Abiyasa dengan Dewi Gendari putri Prabu Gandara dari negara Gandaradesa yang terkenal dengan nama Kurawa yang berarti anak keturunan Kuru.
Permaisuri Duryudana bernama Dewi Banowati putri Prabu Salya raja negara Mandaraka/Mandraka. Dari perkawinan tersebut Duryudana mempunyai dua orang anak, yaitu:
Saudara Duryudana berumlah 99 orang dan diantaranya ada seorang wanita bernama Dewi Dursilawati. Dikisahkan, sewaktu Dewi Gendari melahirkan, yang keluar dari rahimnya adalah gumpalan darah kental. Dewi Gendari sangat marah, gumpalan darah tersebut diinjaknya sampai beserak berantakan. Kepingan darah kental tersebut, akhirnya menjadi bayi sebanyak seratus orang.
Pada waktu kecil Duryudana dan saudara yang lain diasuh bersama Pandawa oleh Resi Bisma, kemudian diserahkan kepada Pandita Durna.
Duryudana dengan saudaranya yang lain senang memulai pertengkaran dengan Pandawa, karena hasutan Sengkuni yang merupakan paman dari Kurawa. Arya Sengkuni adalah adik kandung Dewi Gendari. Duryudana sangat patuh terhadap pamannya ini.
Dalam lakon "Pendawa Dadu" Atas saran Sengkuni, Duryudana menantang Puntadewa untuk bermain dadu. Puntadewa memang menggemari permainan ini, oleh tipu muslihat Arya Sengkuni Puntadewa kalah dalam bermain dadu. Semua hak milik Puntadewa kekayaan, kraton, saudara-saudaranya, Dewi Drupadi dan dirinya sendiri sudah dalam kekuasaan Kurawa sebagai pembayaran taruhan. Hal ini diketahui oleh Prabu Destarata dan memerintahkan agar kekalahan Pandawa dikembalikan.
Permainan diulang kembali dan kesudahannya Pandawa kembali mengalami kekalahan, mereka harus mebayar kekalahan ini dengan hukuman buang selama tiga belas tahun, dengan syarat jika di tahun terakhir Kurawa mengetahui keberadaan Pandawa, maka hukuman diulang kembali. Dengan siasat licik dan tipu daya, maka Kurawa bisa menguasai negara Astina seluruhnya.
Dalam kurun waktu tiga belas tahun tersebut, Pandawa banyak mengalami penderitaan dan kesengsaraan yang luar biasa, tetapi dengan keteguhan hati mereka menjalani masa-masa tersebut sehingga membentuk jiwa besar yang sangat berguna bagi kehidupan Pandawa dimasa depan.
Setelah hukuman buang berakhir, Pandawa tidak melupakan persaudaraannya dengan Kurawa, mereka meminta dengan baik hak atas Astina. Peristiwa ini diceritakan dalan lakon "Kresna Duta" tetapi tetap saja para Kurawa tidak mau menyerahkan Astina, sehingga harus direbut dengan jalan peperangan.
Pada Baratayuda Babak VIII - Duryudana Gugur (Rubuhan) Duryudana berhadapan dengan Bima perang tanding menggunakan gada. Duryudana mengalami kekalahan badannya hancur dihantam gada Rujakpolo. Dengan kematian Duryudana menandakan Astina kembali kepada yang yang berhak yaitu Pandawa.
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Duryudana adalah putra Prabu Destarata putra begawan Abiyasa dengan Dewi Gendari putri Prabu Gandara dari negara Gandaradesa yang terkenal dengan nama Kurawa yang berarti anak keturunan Kuru.
Permaisuri Duryudana bernama Dewi Banowati putri Prabu Salya raja negara Mandaraka/Mandraka. Dari perkawinan tersebut Duryudana mempunyai dua orang anak, yaitu:
- Leksmanamandrakumara
- Dewi Leksmanawati
Dalam lakon "Pendawa Dadu" Atas saran Sengkuni, Duryudana menantang Puntadewa untuk bermain dadu. Puntadewa memang menggemari permainan ini, oleh tipu muslihat Arya Sengkuni Puntadewa kalah dalam bermain dadu. Semua hak milik Puntadewa kekayaan, kraton, saudara-saudaranya, Dewi Drupadi dan dirinya sendiri sudah dalam kekuasaan Kurawa sebagai pembayaran taruhan. Hal ini diketahui oleh Prabu Destarata dan memerintahkan agar kekalahan Pandawa dikembalikan.
Permainan diulang kembali dan kesudahannya Pandawa kembali mengalami kekalahan, mereka harus mebayar kekalahan ini dengan hukuman buang selama tiga belas tahun, dengan syarat jika di tahun terakhir Kurawa mengetahui keberadaan Pandawa, maka hukuman diulang kembali. Dengan siasat licik dan tipu daya, maka Kurawa bisa menguasai negara Astina seluruhnya.
Dalam kurun waktu tiga belas tahun tersebut, Pandawa banyak mengalami penderitaan dan kesengsaraan yang luar biasa, tetapi dengan keteguhan hati mereka menjalani masa-masa tersebut sehingga membentuk jiwa besar yang sangat berguna bagi kehidupan Pandawa dimasa depan.
Setelah hukuman buang berakhir, Pandawa tidak melupakan persaudaraannya dengan Kurawa, mereka meminta dengan baik hak atas Astina. Peristiwa ini diceritakan dalan lakon "Kresna Duta" tetapi tetap saja para Kurawa tidak mau menyerahkan Astina, sehingga harus direbut dengan jalan peperangan.
Pada Baratayuda Babak VIII - Duryudana Gugur (Rubuhan) Duryudana berhadapan dengan Bima perang tanding menggunakan gada. Duryudana mengalami kekalahan badannya hancur dihantam gada Rujakpolo. Dengan kematian Duryudana menandakan Astina kembali kepada yang yang berhak yaitu Pandawa.
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Posting Komentar untuk "Duryudana"