Durgandini, Dewi
Dewi Durgandini adalah anak sulung Prabu Basuketi raja negara Wirata dari permaisuri Dewi Yukti.
Adik sekandung Dewi Durgandini adalah Arya Durgandana, setelah menjadi raja negara Wirata bergelar Prabu Matswapati. Karena Dewi Durgandini menderita penyakit yang berbahay maka Dewi Durgandini terpaksa diasingkan ke padukuhan Kenyakukja di dekat sungai Ganggga. Dititipkan kepada buyut Citra seorang pengayuh sampan.
Dewi Durgandini menderita penyakit yang badannya mengeluarkan bau amis yang sangat menyengat, oleh karenanya putri tersebut sangat terkenal dengan sebutan Dewi Rara Amis. Selama ditipkan di tempat Buyut Citra, Dewi Durgandini menjadi tukang kayuh sampan dan harus menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Dalam pekerjaan inilah Dewi Rara Amis bertemu dengan Parasara.
Parasara waktu itu sedang bertapa, karena mempunyai cita-cita menurunkan raja-raja besar, oleh petunjuk Dewa yang menjelma menjadi seekor burung pipit Parasara mengikuti kemana saja arah terbang burung tersebut, hingga sampai ditepi sungai Gangga. Singkat cerita, Parasara menyusuri sungai Gangga menumpang sampan Dewi Rara Amis.
Didalam sampan tersebut, Parasara kemudian mengobati Dewi Rara Amis hingga sembuh, penyebab penyakit Dewi Rara Amis kemudian dibuang ke sungai Gangga, mengakibatkan:
Tetapi untunglah Dewi Durgandini dan Parasara dapat mendarat dengan selamat di tepian sungai Gangga.
Akhirnya mereka menikah dan atas permintaan Dewi Durgandini Resi Parasara kemudian membangun dan mendirikan negara dan diberi nama negara Gajahoya diambil dari peristiwa yang dialaminya, Gajang melambangkan sesuatu yang besar, woya berarti air. Akhirnya datanglah Dewi Rekatawati, Rajamala, Setatama, Gandawana, Upakeca/Rupakeca dan Kecaka/Kencakarupa yang kemudian diakui sebagai anak mereka. Dari perkawinan ini lahir seorang anak bernama Abiyasa.
Untuk menggalang kekuatan pasukan Gajahoya, Parasara kemudian menciptakan laskar kerajaan dari penghuni hutan disekita istana yang didirikan, hewan-hewan tersebut disabda menjadi manusia, banteng menjadi Andakawana dan diangkat menjadi patih Gajahoya, Minakrida dari ikan, Singalodra dari harimau, Singaranu dari buaya, Sonaka dari anjing hutan dan lain-lain.
Lahirnya negara baru tersebut diketahui oleh Durgandana, yang pada waktu itu sudah menjadi raja negara Wirata karena dianggap sebagai ancaman untuk Wirata, Prabu Matswapati memutuskan untuk mencari informasi tentang negara baru tersebut sekaligus mencari kakak kandungnya Dewi Rekatawati di sekitar sungai Gangga.
Akhirnya, Prabu Matswapati berhasil menemukan Dewi Durgandini dan diboyong ke Wirata bersama suami dan anak-anaknya. Pemerintahan Gajahoya diwakilkan kepada Andakwana. Dewi Rekatawati akhirnya dipersunting oleh Prabu Matswapati dan Arya Setatama diangkat menjadi patih dan orang kepercayaan Prabu Matswapti.
Pada saat itu, raja Astina Prabu Sentanu membawa Bisma yang masih bayi sampai ke Wirata untuk mencari orang yang dapat menyusui Bisma. Terdorong oleh rasa welas asih, Dewi Durgandini bersedia menyusui Bisma, sehingga Bisma menjadi saudara sesusu dengan Abiyasa.
Beberapa tahun setelah itu, Begawan Purasara membawa Abiyasa ke Girisarangan berpisah dengan Dewi Durgandini. Kemudian Dewi Durgandini menikah dengan Prabu Sentanu dan di bawa ke Astina, mempunyai dua orang anak yaitu Wicitragada/Citragada dan Wicitrawirya/Citrawirya.
Setelah dewasa, Wicitragada dinikahakan dengan Dewi Ambika dan Wicitrawirya dinikahkan dengan Dewi Ambiki, setelah Prabu Sentanu berusia lanjut pemerintahan diserahkan kepada Wicitragada, tetapi belum lama menjalankan tugasnya sebagai raja Astina, Wicitragada meninggal dan kekuasaan Astina dilimpajkan kepada Wicitrawirya, sama halnya dengan kakaknya belum lama memegang tampuk pemerintahan Wicitrawirya juga meninggal.
Atas mufakat resi Bisma dan Dewi Durgandini, Abiyasa kemudian dikawinkan dengan Dewi Ambika dan Dewi Ambiki serta dinobatkan menjadi raja Astina. Bisma tidak bisa menjadi penguasa Astina adalah karena syarat Dewi Durgandini saat dipinang oleh Prabu Sentanu bahwa Bisma tidak boleh naik tahta Astina dan harus menjadi seorang Brahmacari.
Dalam peristiwa penting ini, negara Gajaoya digabung dengan negara Astina dibawah kekuasaan Prabu Kresnadipayana/Abiyasa. Dewi Durgandini akhirnya kembali berkumpul dengan anaknya setelah sekian lama terpisah.
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Adik sekandung Dewi Durgandini adalah Arya Durgandana, setelah menjadi raja negara Wirata bergelar Prabu Matswapati. Karena Dewi Durgandini menderita penyakit yang berbahay maka Dewi Durgandini terpaksa diasingkan ke padukuhan Kenyakukja di dekat sungai Ganggga. Dititipkan kepada buyut Citra seorang pengayuh sampan.
Dewi Durgandini menderita penyakit yang badannya mengeluarkan bau amis yang sangat menyengat, oleh karenanya putri tersebut sangat terkenal dengan sebutan Dewi Rara Amis. Selama ditipkan di tempat Buyut Citra, Dewi Durgandini menjadi tukang kayuh sampan dan harus menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Dalam pekerjaan inilah Dewi Rara Amis bertemu dengan Parasara.
Parasara waktu itu sedang bertapa, karena mempunyai cita-cita menurunkan raja-raja besar, oleh petunjuk Dewa yang menjelma menjadi seekor burung pipit Parasara mengikuti kemana saja arah terbang burung tersebut, hingga sampai ditepi sungai Gangga. Singkat cerita, Parasara menyusuri sungai Gangga menumpang sampan Dewi Rara Amis.
Didalam sampan tersebut, Parasara kemudian mengobati Dewi Rara Amis hingga sembuh, penyebab penyakit Dewi Rara Amis kemudian dibuang ke sungai Gangga, mengakibatkan:
- Dakinya dimakan ketam. berubah menjadi Dewi Rekatawati
- Kulit penyakit dimakan seekor ikan berubah menjadi Rajamala
- Ulat penyakit/belatung berubah menjadi Setatama
- Bau penyakit berubah menjadi Gandawana
Saat pengobatan sampan berjalan oleng terbawa arus yang sangat deras, hingga membentur sebuah batu, sampan tersebut hancur dan berubah menjadi: - Arya Upakeca berasal dari buritan sampan dan
- Arya Kecaka berasal dari kemudi sampan.
Akhirnya mereka menikah dan atas permintaan Dewi Durgandini Resi Parasara kemudian membangun dan mendirikan negara dan diberi nama negara Gajahoya diambil dari peristiwa yang dialaminya, Gajang melambangkan sesuatu yang besar, woya berarti air. Akhirnya datanglah Dewi Rekatawati, Rajamala, Setatama, Gandawana, Upakeca/Rupakeca dan Kecaka/Kencakarupa yang kemudian diakui sebagai anak mereka. Dari perkawinan ini lahir seorang anak bernama Abiyasa.
Untuk menggalang kekuatan pasukan Gajahoya, Parasara kemudian menciptakan laskar kerajaan dari penghuni hutan disekita istana yang didirikan, hewan-hewan tersebut disabda menjadi manusia, banteng menjadi Andakawana dan diangkat menjadi patih Gajahoya, Minakrida dari ikan, Singalodra dari harimau, Singaranu dari buaya, Sonaka dari anjing hutan dan lain-lain.
Lahirnya negara baru tersebut diketahui oleh Durgandana, yang pada waktu itu sudah menjadi raja negara Wirata karena dianggap sebagai ancaman untuk Wirata, Prabu Matswapati memutuskan untuk mencari informasi tentang negara baru tersebut sekaligus mencari kakak kandungnya Dewi Rekatawati di sekitar sungai Gangga.
Akhirnya, Prabu Matswapati berhasil menemukan Dewi Durgandini dan diboyong ke Wirata bersama suami dan anak-anaknya. Pemerintahan Gajahoya diwakilkan kepada Andakwana. Dewi Rekatawati akhirnya dipersunting oleh Prabu Matswapati dan Arya Setatama diangkat menjadi patih dan orang kepercayaan Prabu Matswapti.
Pada saat itu, raja Astina Prabu Sentanu membawa Bisma yang masih bayi sampai ke Wirata untuk mencari orang yang dapat menyusui Bisma. Terdorong oleh rasa welas asih, Dewi Durgandini bersedia menyusui Bisma, sehingga Bisma menjadi saudara sesusu dengan Abiyasa.
Beberapa tahun setelah itu, Begawan Purasara membawa Abiyasa ke Girisarangan berpisah dengan Dewi Durgandini. Kemudian Dewi Durgandini menikah dengan Prabu Sentanu dan di bawa ke Astina, mempunyai dua orang anak yaitu Wicitragada/Citragada dan Wicitrawirya/Citrawirya.
Setelah dewasa, Wicitragada dinikahakan dengan Dewi Ambika dan Wicitrawirya dinikahkan dengan Dewi Ambiki, setelah Prabu Sentanu berusia lanjut pemerintahan diserahkan kepada Wicitragada, tetapi belum lama menjalankan tugasnya sebagai raja Astina, Wicitragada meninggal dan kekuasaan Astina dilimpajkan kepada Wicitrawirya, sama halnya dengan kakaknya belum lama memegang tampuk pemerintahan Wicitrawirya juga meninggal.
Atas mufakat resi Bisma dan Dewi Durgandini, Abiyasa kemudian dikawinkan dengan Dewi Ambika dan Dewi Ambiki serta dinobatkan menjadi raja Astina. Bisma tidak bisa menjadi penguasa Astina adalah karena syarat Dewi Durgandini saat dipinang oleh Prabu Sentanu bahwa Bisma tidak boleh naik tahta Astina dan harus menjadi seorang Brahmacari.
Dalam peristiwa penting ini, negara Gajaoya digabung dengan negara Astina dibawah kekuasaan Prabu Kresnadipayana/Abiyasa. Dewi Durgandini akhirnya kembali berkumpul dengan anaknya setelah sekian lama terpisah.
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Posting Komentar untuk "Durgandini, Dewi"