Durgandana
Durgandana adalah salah seorang putra Prabu Basuketi raja negara Wirata dengan permaisuri Dewi Yukti putra Basundara. Durgandana kemudian dinobatkan untuk menggantikan ayahnya bergelar Prabu Matswapati. Durgandana mempunyai kakak kandung bernama Dewi Durgandini.
Permaisuri Prabu Matswapati bernama Dewi Rekatawati putri Begawan Purasara dari sungai Gangga. Dari perkawinan tersebut mereka dianugerahi empat orang anak yaitu:
Selain putra kandung tersebut, Prabu Matswapati menerima penyerahan dari putra-putra jadian (dari penyakit Dewi Durgandini) dari Bagawan Parasara, yaitu:
Prabu Matswapati memerintah negara dengan didampingi patih yang bernama Arya Setatama dan setelah Arya Setatama meninggal digantikan Nirbita anak Setatama dan Dewi Kandini.
Prabu Matswapati sangat erat hubungannya dengan Abiasa sewaktu masih menjadi raja negara Astina, Parbu Mastwapati menghadiri pelantikan Pandu putra begawan Abiasa menjadi penguasa Astina bergelar Prabu Pandudewanata. Prabu Matswapati juga menjadi saksi saat Abiasa menyerahankan kekuasaan kepada Destarata karena Pandu meninggal dengan mendadak, sedangkan Pandawa masih anak-anak. Kedudukan Destarata menjadi penguasa Astina sampai dengan putra Pandu dewasa.
Pada masa tersebut, Prabu Matswapati adalah satu-satunya raja tertua, Karena banyak pengalamannya, serta adil dalam tindakannya, semua menghargai dan menghormatinya. Prabu Matswapati pernah melindungi Pandawa yang menyembunyikan diri dalam masa hukuman buang selama tiga belas tahun.
Prabu Matswapati pernah menjadi tawanan perang Prabu Trigarta yang menyerang Wirata dengan bantuan Kurawa, tetapi Prabu Matswapati dapat dibebaskan kembali oleh Bima. Keonaran Wirata oleh Kurawa yang dipelopori oleh Prabu Trigarta keadaannya dapat dikendalikan oleh Arjuna, yang pada waktu itu menyembunyikan diri di istana Wirata.
Atas bantuan Pandawa, Wirata dapat terlepas dari siasat Kecaka dan saudara-saudaranya yang bermaksud merebut kekuasaan negara Wirata, sehingga Kecaka, Upakeca dan Rajamala binasa. Karena jasa-jasa Pnadawa, Prabu Matswapati kemudian memberikan hadiah sebuah hutan Kendawa yang sangat angker dan berbahaya, dengan harapan agara dapat dijadikan tempat tinggal tetap bagi bagi para Pandawa. Hutan tersebut dikenal dengan nama Alas Mretani.
Dengan berbagai halangan dan rintangan yang sangat berat akhirnya Pandawa dapat membuka dan membangun hutan tersebut menjadi sebuah negara yang bernama Amarta dengan Prabu Yudistira sebagai rajanya.
Dalam perang Baratyuda, Prabu Matswapati beserta putra-putranya dan seluruh angkatan perang Wirata terjun langsung ke kancah peperangan di Tegal Kurusetra nberpihak kepada Pandawa.
Setelah cucu Prabu Matswapati yang bernama Parikesit putra Dewi Utari dengan Abimanyu lahir, hatinya telah merasa puas menikmati kehidupan dunianya, bersama permaisurinya iya kembali menjadi ikan. yang kemudian di labuh di sungai Gangga.
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Permaisuri Prabu Matswapati bernama Dewi Rekatawati putri Begawan Purasara dari sungai Gangga. Dari perkawinan tersebut mereka dianugerahi empat orang anak yaitu:
- Resi Seta
- Utara
- Sangka/Wratsangka dan
- Dewi Utari
- Kencaka/Kencakarupa
- Upakeca/Rupakenca
- Setatama dan
- Gandawarna
Prabu Matswapati sangat erat hubungannya dengan Abiasa sewaktu masih menjadi raja negara Astina, Parbu Mastwapati menghadiri pelantikan Pandu putra begawan Abiasa menjadi penguasa Astina bergelar Prabu Pandudewanata. Prabu Matswapati juga menjadi saksi saat Abiasa menyerahankan kekuasaan kepada Destarata karena Pandu meninggal dengan mendadak, sedangkan Pandawa masih anak-anak. Kedudukan Destarata menjadi penguasa Astina sampai dengan putra Pandu dewasa.
Pada masa tersebut, Prabu Matswapati adalah satu-satunya raja tertua, Karena banyak pengalamannya, serta adil dalam tindakannya, semua menghargai dan menghormatinya. Prabu Matswapati pernah melindungi Pandawa yang menyembunyikan diri dalam masa hukuman buang selama tiga belas tahun.
Prabu Matswapati pernah menjadi tawanan perang Prabu Trigarta yang menyerang Wirata dengan bantuan Kurawa, tetapi Prabu Matswapati dapat dibebaskan kembali oleh Bima. Keonaran Wirata oleh Kurawa yang dipelopori oleh Prabu Trigarta keadaannya dapat dikendalikan oleh Arjuna, yang pada waktu itu menyembunyikan diri di istana Wirata.
Atas bantuan Pandawa, Wirata dapat terlepas dari siasat Kecaka dan saudara-saudaranya yang bermaksud merebut kekuasaan negara Wirata, sehingga Kecaka, Upakeca dan Rajamala binasa. Karena jasa-jasa Pnadawa, Prabu Matswapati kemudian memberikan hadiah sebuah hutan Kendawa yang sangat angker dan berbahaya, dengan harapan agara dapat dijadikan tempat tinggal tetap bagi bagi para Pandawa. Hutan tersebut dikenal dengan nama Alas Mretani.
Dengan berbagai halangan dan rintangan yang sangat berat akhirnya Pandawa dapat membuka dan membangun hutan tersebut menjadi sebuah negara yang bernama Amarta dengan Prabu Yudistira sebagai rajanya.
Dalam perang Baratyuda, Prabu Matswapati beserta putra-putranya dan seluruh angkatan perang Wirata terjun langsung ke kancah peperangan di Tegal Kurusetra nberpihak kepada Pandawa.
Setelah cucu Prabu Matswapati yang bernama Parikesit putra Dewi Utari dengan Abimanyu lahir, hatinya telah merasa puas menikmati kehidupan dunianya, bersama permaisurinya iya kembali menjadi ikan. yang kemudian di labuh di sungai Gangga.
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Posting Komentar untuk "Durgandana"