Yudistira
Prabu Yudistira di dalam cerita Jawa adalah raja jin kerajaan Mertani. Negera tersebut secara kasatmata merupakan hutan belantara yang sangat angker.
Para Pandawa dalam membuka hutan Mertani menghadapi musuh yang tak tampak, sehingga mereka mengalami rintangan-rintangan yang sangat gaib. Tatapi berkat lenga Jayengkaton yang didapat Permadi/Wijanarka pemberian dari Begawan Wilwuk, maka terbukalah penglihatan para Pandawa.
Mertani merupakan kerajaan besar yang sangat megah dan kuat, penaklukan negara tersebut harus ditempuh dengan peperangan yang sanngat dahsyat. Senapati Mertani, Arya Dandungwacana tewas dan menjelma dalam diri Bima dan Arya Dananjaya binasa oleh Arjuna serta bersatu dalam dirinya.
Setelah dikalahkan Pandawa, Prabu Yudistira kemudian menyerahkan seluruh negara beserta isinya kepada Puntadewa, sulung Pandawa, putra Prabu Pandudewanata dengan permaisuri Dewi Kunti. Prabu Yudistira menjelma dalam diri Puntadewa. Puntadewa dinobatkan menjadi raja bergelar Prabu Yudistira. Negara baru tersebut kemudian berganti nama sebagai kerajaan Amarta/Amreta atau Endraprasta.
Dalam kitab Mahabarata, Yudistira disebutkan sebagai putra Pandu dengan Dewi Prita/Kunti yang lahir melalui ubun-ubun. Oleh karenanya ia bernama Puntadewa, yang berarti pusat keluhuran.
Dalam cerita pewayangan Jawa, istri Puntadewa adalah Dewi Drupadi mempunyai seorang putra bernama Pancawala.
Yudistira berwatak sabar, ikhlas, percaya atas kekuasaan Tuhan, tekun dalam agamanya, tahu membalas budi dan selalu bertindak adil dan jujur. Ia adalah titisan Batara Darma, dewa keadilan karenanya ia pun bergelar Prabu Darmakusuma. Yudistira terkenal pandai bermain catur. Ia benar-benar menempatkan dirinya pada tempatnya sebagai saudara tertua dai para Pandawa.
Dalam perang Baratayuda ia maju ke medan perang berhadapan dengan senapati Astina yaitu Prabu Salya, raja negara Mandaraka. Setelah dapat menaklukkan aji Candabirawa, dengan mudah ia dapat mengalahkan Prabu Salya.
Prabu Yudistira berhasil mengadakan Aswameda, yaitu sesaji kuda yang selalu dilakukan oleh seorang raja besar. Asmeda dilaksanakan dengan cara melepaskan seekor kuda selama setahun dan diikuti sepasukan prajurit pengawal kemana saja kuda itu pergi. Kuda tersebut tidak boleh terganggu oleh siapapun juga sepanjang perjalannya.
Setelah setahun, kemudian kuda tersebut dipersembahkan sebagai sesaji. Yudistira mengadakan Asmaweda untuk menyelidiki seberapa jauh dan seberapa besar kewibawaannya. Prabu Darmakusuma berhasil mengadakan Asmaweda, sehingga keagungannya diakui oleh raja-raja sedunia.
Ia mempunyai pusaka berwujud payung yang bernama Songsong Tunggulnaga dan sebatang tombak yang bernama Kyai Karawelang.
Seusai Baratayuda ia mengadakan sesaji besar untuk menghormati arwah-arwah para pahlawannya yang gugur di medan perang. Kemudian Yudistira naik tahta dinobatkan sebagai raja negara Astina, dilantik dengan gelar Prabu Kalimataya/Karimataya. Ia memerintah dengan bijaksan dan adil serta penuh kejujuran. Usahanya berhasil dalam membangun kembali Astina yang karena perang, sehingga kehidupan masyarakat dan rakyatnya dengan pesat menanjak menuju kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan.
Setelah menobatkan Parikesit, putra Abimanyu dengan Dewi Utari sebagai maharaja Astina, ia menginginkan moksa. Ia memimpin perjalanan Pandawa yang diikuti Dewi Drupadi menuju ke Tepetloka. Seorang demi seorang adiknya meninggal dalam perjalanan tersebut. Ia terus berjalan diiringi anjingnya, yang sebenarnya dalah penjelmaan Batara Dharma.
Dengan melalui segala rintangan akhirnya ia masuk ke surga dengan raganya, kemudian para Pandawa dengan Dewi Drupadi beserta Dewi kunti dan Karna ikut serta mendapatkan surga dan berkumpul untuk selama-lamanya.
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Para Pandawa dalam membuka hutan Mertani menghadapi musuh yang tak tampak, sehingga mereka mengalami rintangan-rintangan yang sangat gaib. Tatapi berkat lenga Jayengkaton yang didapat Permadi/Wijanarka pemberian dari Begawan Wilwuk, maka terbukalah penglihatan para Pandawa.
Mertani merupakan kerajaan besar yang sangat megah dan kuat, penaklukan negara tersebut harus ditempuh dengan peperangan yang sanngat dahsyat. Senapati Mertani, Arya Dandungwacana tewas dan menjelma dalam diri Bima dan Arya Dananjaya binasa oleh Arjuna serta bersatu dalam dirinya.
Setelah dikalahkan Pandawa, Prabu Yudistira kemudian menyerahkan seluruh negara beserta isinya kepada Puntadewa, sulung Pandawa, putra Prabu Pandudewanata dengan permaisuri Dewi Kunti. Prabu Yudistira menjelma dalam diri Puntadewa. Puntadewa dinobatkan menjadi raja bergelar Prabu Yudistira. Negara baru tersebut kemudian berganti nama sebagai kerajaan Amarta/Amreta atau Endraprasta.
Dalam kitab Mahabarata, Yudistira disebutkan sebagai putra Pandu dengan Dewi Prita/Kunti yang lahir melalui ubun-ubun. Oleh karenanya ia bernama Puntadewa, yang berarti pusat keluhuran.
Dalam cerita pewayangan Jawa, istri Puntadewa adalah Dewi Drupadi mempunyai seorang putra bernama Pancawala.
Yudistira berwatak sabar, ikhlas, percaya atas kekuasaan Tuhan, tekun dalam agamanya, tahu membalas budi dan selalu bertindak adil dan jujur. Ia adalah titisan Batara Darma, dewa keadilan karenanya ia pun bergelar Prabu Darmakusuma. Yudistira terkenal pandai bermain catur. Ia benar-benar menempatkan dirinya pada tempatnya sebagai saudara tertua dai para Pandawa.
Dalam perang Baratayuda ia maju ke medan perang berhadapan dengan senapati Astina yaitu Prabu Salya, raja negara Mandaraka. Setelah dapat menaklukkan aji Candabirawa, dengan mudah ia dapat mengalahkan Prabu Salya.
Prabu Yudistira berhasil mengadakan Aswameda, yaitu sesaji kuda yang selalu dilakukan oleh seorang raja besar. Asmeda dilaksanakan dengan cara melepaskan seekor kuda selama setahun dan diikuti sepasukan prajurit pengawal kemana saja kuda itu pergi. Kuda tersebut tidak boleh terganggu oleh siapapun juga sepanjang perjalannya.
Setelah setahun, kemudian kuda tersebut dipersembahkan sebagai sesaji. Yudistira mengadakan Asmaweda untuk menyelidiki seberapa jauh dan seberapa besar kewibawaannya. Prabu Darmakusuma berhasil mengadakan Asmaweda, sehingga keagungannya diakui oleh raja-raja sedunia.
Ia mempunyai pusaka berwujud payung yang bernama Songsong Tunggulnaga dan sebatang tombak yang bernama Kyai Karawelang.
Seusai Baratayuda ia mengadakan sesaji besar untuk menghormati arwah-arwah para pahlawannya yang gugur di medan perang. Kemudian Yudistira naik tahta dinobatkan sebagai raja negara Astina, dilantik dengan gelar Prabu Kalimataya/Karimataya. Ia memerintah dengan bijaksan dan adil serta penuh kejujuran. Usahanya berhasil dalam membangun kembali Astina yang karena perang, sehingga kehidupan masyarakat dan rakyatnya dengan pesat menanjak menuju kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan.
Setelah menobatkan Parikesit, putra Abimanyu dengan Dewi Utari sebagai maharaja Astina, ia menginginkan moksa. Ia memimpin perjalanan Pandawa yang diikuti Dewi Drupadi menuju ke Tepetloka. Seorang demi seorang adiknya meninggal dalam perjalanan tersebut. Ia terus berjalan diiringi anjingnya, yang sebenarnya dalah penjelmaan Batara Dharma.
Dengan melalui segala rintangan akhirnya ia masuk ke surga dengan raganya, kemudian para Pandawa dengan Dewi Drupadi beserta Dewi kunti dan Karna ikut serta mendapatkan surga dan berkumpul untuk selama-lamanya.
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Posting Komentar untuk "Yudistira"