Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Subali

Subali adalah putra nomor dua Resi Gotama dengan Dewi Indradi tinggal di padepokan Grastina. Subali mempunyai dua orang saudara, Dewi Anjani dan Sugriwa. Di dalam pedalangan ada yang menyebut Subali dengan nama Guwarsi.

Dalam peristiwa perebutan Cupu Manik Astagina, parasnya yang tampan berubah menjadi wanara karena terjun ke telaga Sumala. Subali ingin diruwat sehingga kembali keujud semula, atas petunjuk Resi Gotama ayahnya, dia diperintahkan bertapa ngalong untuk menebus kesalahannya, karena ingin memiliki Supu Manik Atagina yang bukan haknya, baca: Anjani, Dewi.

Subali pun pergi ke Sunyapringga dan menjalankan tapa ngalong, hidup seperti kalong (kelelawar besar) di sebuah mandira (pohon besar). Atas ketekunannya ia mendapatkan aji pancasona, punya daya kesaktian tidak akan mnemui kematiannya apabila masih bersentuhan dengan tanah.

Dikisahkan, pada suatu waktu Rahwana/Prabu Dasamuka sedang melalang jagad meninggalkan Alengka, Prabu Dasamuka sedang melompat melayang diudara melangkahi tempat dimana tempat Subali bertapa, karena daya prabawa Subali, Prabu Dasamuka jatuh dihadapan Subali.

Karena masing-masing merasa terganggu, antara keduanya kemudian timbul perselisihan dan mengakibatkan perkelahian. Berkali-kali Prabu Dasamuka dapat membunuh Subali, tetapi sebanyak itu pula Subali bisa bangkit menyerang lagi, Akhirnya Subali mampu menaklukkan Prabu Dasamuka.

Melihat kesaktian Subali yang luar biasa itu, timbulah keinginan Prabu Dasamuka untuk memiliki aji pancasona tersebut, ia berguru pada Subali, dengan tekun dan bersungguh-sungguh mengikuti segala petunjuk, sehinggga akhirnya dia menguasai aji pancasona tersebut. Prabu Dasamuka merupakan satu-satunya murid Subali.

Tesebutlah, Suralaya sedang geger, karena bala tentara Prabu Maesasura raja Kiskenda akan menghancurkan Suralaya karena lamaran terhadap Dewi Tara ditolak oleh Batara Indra, kiranya angkatan perang Dewa tidak mampu menghadapi serangan tersebut.

Kemudian Dewa mintasraya kepada Subali dan Sugriwa untuk menggempur Kiskenda dan membinasakan Prabu Maesasura, dengan anugrah kerajaan Kiskenda dan Dewi Tara. Singkat cerita sampailah Subali dan Sugriwa ke Gua Kiskenda tempat Prabu Maesasura berada, Subali masuk ke dalam gua dengan pesan jika nanti mengalir darah putih, Sugriwa untuk segera menutup gua tersebut dan melaporkan kematiannya ke pada Batara Indra.

Ternyata darah merah dan darah putih yang mengalir bersamaan, dengan segera Sugriwa menutup pintu gua dengan batu besar dan melaporkan kematiaanya kepada Batara Indra. Sugriwa mengira Subali mati sampyuh (mati bersamaan) dengan Maesasura. Sesuai dengan janji dewa Sugriwa akan dikawinkan dengan Dewi Tara berikut Kerajaan Kiskenda menjadi miliknya.

Tetapi dalam kenyataannya Subali belum tewas, ia dapat membunuh Prabu Maesasura dengan cara dikumba (saling membenturkan kepala) kepala Prabu Maesasura dan Jatasura. Kepala Prabu Maesasura dan Jatasura sama-sama hancur, sehingga mengalirlah darah merah dan putih.

Setelah membunuh Prabu Maesasura, Subali bemaksud keluar dari gua, akan tetapi terhalang oleh batu besar, dengan sangat murka ia menggempur batu tersebut sampai hancur berkeping-keping. Subali mengira bahwa hal tersebut dilakukan oleh adiknya dengan sengaja.

Subali segera menyusul Sugriwa ke Kaindran dengan amarah yang meledak-ledak, kemarahannya semakin berkorbar tatkala melihat Sugriwa sedang berkasih-kasihan dengan Dewi Tara, tanpa membuang waktu Subali menyerang Sugriwa. Disela-sela pertempuran tersebut Sugriwa memberi penjelasan kepada Sugriwa perihal apa yang terjadi di Gua Kiskenda, kiranya perkataan adiknya dapat meredakan kemarahannya, Sugriwa sebenarnya menjalakan kewajiban di Gua Kiskenda sesuai perintahnya. Akhirnya Subali menyadari kekhilafannya, ia menghadap Batara Indra dengan pernyataan:
  • Permohonan maaf atas tindakannya, membuat kerusuhan dan kerusakan di Kaindran,
  • Dewi Tara tetap menjadi istri Sugriwa, dan
  • Kekuasaan kerajaan Kiskenda tetap ditangan Sugriwa
Setelah itu, Subali kembali melanjutkan tapanya di Sunyapringga, sedangkan Sugriwa dilantik menjadi penguasa baru Kiskenda, bergelar Narapati Sugriwa.

Prabu Dasamuka yang mengetahui bahwa Subali kembali ke pertapaan Sunyapringga, sebetulnya merasa tidak nyaman hal ini dikarenakan keinginan dia untuk menjadi satu-satunya pemilik aji pancasona. Prabu Dasamuka merencakan tipudaya dan siasat untuk melenyapkan Subali. Prabu Dasamuka berusaha nabok nyilih tangan dalam istilah Jawa, melenyapkan Subali melalui Sugriwa.

Siasat Prabu Dasamuka berhasil, Subali termakan hasutan bahwasannya sebenarnya dialah yang berhak atas Dewi Tara dan Kiskenda, pertarungan atas kakak beradik meletuslah. Sugriwa berhasil dikalahkan, Resi Subali yang telah dikuasai oleh nafsunya, sehingga lupa tugas dari seorang resi, ia merampas Dewi Tara dan menduduki Kiskenda, sedangkan Sugriwa dan bala tentara wanara yang masih setia kepadanya meninggalkan kerajaan dan pergi mengembara.

Dalam hubungannya, Subali dan Dewi Tara memiliki seorang putra bernama Jaya Anggada.

Akhirnya, Sugriwa mendapat bantuan dan perlindungan Sri Ramawijaya, setelah Subali dapat dibinasakan dengan panah sakti Guwawijaya oleh Sri Ramawijaya, Sugriwa kembali ke Kiskenda beserta Rama dan Leksmana.

Sebelum menemui ajalnya Subali sempat bertanyajawab dengan Sri Ramawijaya, akhirnya Subali dapat kembali ke ujud asalnya menjadi manusia berparas tampan.

Jaya Anggada, anak dari Subali dan Dewi Tara diasuh oleh Sugriwa hingga dewasa.

Wanda: Mangu

Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Dodi Subandoro
Dodi Subandoro Keep Calm and Carry On
Rabbighfirlii Warhamnii Wajburnii Warfa’nii Warzuqnii Wahdinii Wa’aaifinii Wa’fuaniii

Posting Komentar untuk "Subali"