Kalabendana
Ditya Kalabendawa adalah putra bungsu Prabu Arimbaka raja negara Pringgodani dengan Permaisuri Dewi Hadimba, Kalabendana mempunyai tujuh orang saudara, yaitu: Arimba, Arimbi, Prabakeswa, Brajadenta, Brajamusti, Brajalamatan dan Brajawikalpa.
Ditya Kalabendana berwujud raksasa kerdil, berwajah tenang, tidak pandai, jujur, bicaranya pelan dan cadel (celat-Jawa). Ditya Kalabendana sangan menyayangi Gatotkaca keponakannya.
Ditya Kalabendana mengikuti Gatotkaca ke Suralaya sewaktu akan diadu melawan Prabu Pracona. Gatotkaca mati digigit patih Sekipu/Ditya Kasipu, utusan Prabu Pracona, sehingga Ditya Kalabendana mengamuk banyak dari prajurit Ditya Sekipu yang menjadi korban dan Ditya Sekipu menjadi gentar melihat sepak terjang Ditya Kalabendana, Gatotkaca yang mati dimasukkan ke dalam Kawah Candradimuka dan digodok bersama dengan berbagai macam senjata pusaka, karena memang mati yang belum sampai takdir, Gatotkaca hidup lagi dan menjadi kebal raganya. Gatotkaca yang telah menjadi kebal bertempur lagi dengan Ditya Sekipu, yang akhirnya bisa dibinasakan begitu juga Prabu Pracona yang mati ditangan Gatotkaca. Sewaktu bayi GatotKaca diberi nama Jabang Tetuko.
Pada Waktu pemberontakan Brajadenta, Ditya Kalabendana bersama ada dipihak Prabakeswa ada dipihak Dewi Arimbi, ibu Gatotkaca.
Dalam lakon "Abimanyu Sraya" Abimanyu telah menipu istrinya, Dewi Siti Sundari putri Sri Kresna. Dengan mengatakan bahwa Abimanyu akan pergi berburu, tetapi pada kenyataannya Abimanyu sebenarnya ke Wirata bersama Gatotkaca untuk meminang Dewi Utari. Kalabendana ditugasi menjaga Dewi Siti Sundari, karena merasa tidak tenang dengan kepergian Abimanyu, Dewi Siti Sundari meminta Ditya Kalabendana untuk mencari Abimanyu, dengan kesaktian yang dimilikinya, Ditya Kalabendana dapat mencium keringan Gatotkaca dan menemukan Abimanyu dan Gatotkaca sedang bercengkerama dengan Dewi Utari.
Ditya Kalabendana mengajak mereka pulang karena Dewi Siti Sundari bersedih hati karena ditinggal pergi, karena pembicaraan inilah Dewi Utari mengetahui bahwa Abimanyu telah mempunyai istri, Dewi Utari sangat tersinggung dan marah karena Abimanyu mengaku bahwa dirinya belum bersitri sehingga keluarlah kutukan kelak dalam perang Baratayuda Abimanyu akan mati dengan luka arang keranjang.
Gatotkaca menjadi sangat marah, sehingga hilang kebijaksanaannya, Ditya Kalabendana dihajar hingga tewas, sebelum ajal merenggut jiwanya, Ditya Kalabendana akan membalas kematiannya dalam perang Baratayuda. Sumpah Kalabenda ini menjadi kenyataan saat Gatotkaca menjadi panglima perang Baratayuda melawan Senapati Kurawa Adipati Karna.
Dalam Baratayuda Babak VI - Gatotkaca Gugur (Suluhan) Dikisahkan, saat tahu senjata Kunta sudah dalam genggaman Adipati Karna dan dilepaskannya, Gatotkaca secepat kilat melambung tinggi ke angkasa, bersiasat menghadapi senjata ampuh tersebut. Karna menjadi cemas melihat siasat Gatotkaca, karena diperkiracan senjata ampuh tersebut tidak akan mampu menjangkau Gatotkaca, Kuntawijaya meluncur menembus langit, Yitma Ditya Kalabendana, mengetahui meluncurnya senjata pusaka Kuntawijaya segera menangkap dan dibawa laju menghujam pas di pusar Gatotkaca.
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Ditya Kalabendana berwujud raksasa kerdil, berwajah tenang, tidak pandai, jujur, bicaranya pelan dan cadel (celat-Jawa). Ditya Kalabendana sangan menyayangi Gatotkaca keponakannya.
Ditya Kalabendana mengikuti Gatotkaca ke Suralaya sewaktu akan diadu melawan Prabu Pracona. Gatotkaca mati digigit patih Sekipu/Ditya Kasipu, utusan Prabu Pracona, sehingga Ditya Kalabendana mengamuk banyak dari prajurit Ditya Sekipu yang menjadi korban dan Ditya Sekipu menjadi gentar melihat sepak terjang Ditya Kalabendana, Gatotkaca yang mati dimasukkan ke dalam Kawah Candradimuka dan digodok bersama dengan berbagai macam senjata pusaka, karena memang mati yang belum sampai takdir, Gatotkaca hidup lagi dan menjadi kebal raganya. Gatotkaca yang telah menjadi kebal bertempur lagi dengan Ditya Sekipu, yang akhirnya bisa dibinasakan begitu juga Prabu Pracona yang mati ditangan Gatotkaca. Sewaktu bayi GatotKaca diberi nama Jabang Tetuko.
Pada Waktu pemberontakan Brajadenta, Ditya Kalabendana bersama ada dipihak Prabakeswa ada dipihak Dewi Arimbi, ibu Gatotkaca.
Dalam lakon "Abimanyu Sraya" Abimanyu telah menipu istrinya, Dewi Siti Sundari putri Sri Kresna. Dengan mengatakan bahwa Abimanyu akan pergi berburu, tetapi pada kenyataannya Abimanyu sebenarnya ke Wirata bersama Gatotkaca untuk meminang Dewi Utari. Kalabendana ditugasi menjaga Dewi Siti Sundari, karena merasa tidak tenang dengan kepergian Abimanyu, Dewi Siti Sundari meminta Ditya Kalabendana untuk mencari Abimanyu, dengan kesaktian yang dimilikinya, Ditya Kalabendana dapat mencium keringan Gatotkaca dan menemukan Abimanyu dan Gatotkaca sedang bercengkerama dengan Dewi Utari.
Ditya Kalabendana mengajak mereka pulang karena Dewi Siti Sundari bersedih hati karena ditinggal pergi, karena pembicaraan inilah Dewi Utari mengetahui bahwa Abimanyu telah mempunyai istri, Dewi Utari sangat tersinggung dan marah karena Abimanyu mengaku bahwa dirinya belum bersitri sehingga keluarlah kutukan kelak dalam perang Baratayuda Abimanyu akan mati dengan luka arang keranjang.
Gatotkaca menjadi sangat marah, sehingga hilang kebijaksanaannya, Ditya Kalabendana dihajar hingga tewas, sebelum ajal merenggut jiwanya, Ditya Kalabendana akan membalas kematiannya dalam perang Baratayuda. Sumpah Kalabenda ini menjadi kenyataan saat Gatotkaca menjadi panglima perang Baratayuda melawan Senapati Kurawa Adipati Karna.
Dalam Baratayuda Babak VI - Gatotkaca Gugur (Suluhan) Dikisahkan, saat tahu senjata Kunta sudah dalam genggaman Adipati Karna dan dilepaskannya, Gatotkaca secepat kilat melambung tinggi ke angkasa, bersiasat menghadapi senjata ampuh tersebut. Karna menjadi cemas melihat siasat Gatotkaca, karena diperkiracan senjata ampuh tersebut tidak akan mampu menjangkau Gatotkaca, Kuntawijaya meluncur menembus langit, Yitma Ditya Kalabendana, mengetahui meluncurnya senjata pusaka Kuntawijaya segera menangkap dan dibawa laju menghujam pas di pusar Gatotkaca.
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Posting Komentar untuk "Kalabendana"