Aruna, Garuda
Aruna atau disebut juga Naruna, Ngruna adalah anak dari Resi Kaspaya dan Dewi Winata putri Batara Brama. Aruna mempunyai saudara sekandung bernama Aruni, keduanya berwujud seekor garuda yang sangat besar dan dahsyat.
Dikisahkan, Resi Kaspaya mempunyai dua orang istri kakak beradik, Dewi Kadru dan Dewi Winata. Keduanya kemudian melahirkan telur. Ratusan telur yang dilahirkan Dewi Kadru akhirnya menetas dan berwujud ular. Sedangkan dua telur yang dilahirkan Dewi Winata belum juga menetas.
Karena sekian lama belum menetas, Dewi Winata tidak sabar lagi akhirnya sebuah telur dipecahkan dan keluarlah seekor burung yang belum saatnya lahir, sehingga dia merintih-rintih karena penderitaannya. Keluarlah kutuk dalam rintihannya, kelak Dewi Winata akan mengalami kesengsaraan hidup, karena akan menjadi budak. Ucapan itu sangat mengejutkan Dewi Winata, tetapi kata telah terucap Dewi Winata hanya bisa menangis dengan penuh kecemasan dan menjaga telur yang sebutir lagi dengan sebaik-baiknya takut membuat kesalahan untuk kedua kalinya.
Kian hari burung yang diasuh dengan penuh kasih sayang itu tumbuh menjadi burung yang sangat besar, dan diberi nama Aruna.
Pada suatu ketika Dewi Kadru sedang bercengkerama dengan Dewi Winata adiknya, di sebuah taman yang indah nampak dikejauhan seekor kuda Suralaya sedang berlari-lari menikmati indahnya taman, kuda putih tersebut bernama Ucesrawas. Dewi Kadru kemudian bertanya kepada Dewi Winata, apakah warna bulu kuda tersebut, Dewi Winata kemudian menjawab bahwa Ucesrawas mempunyai warna putih bersih, Dewi Winata begitu yakin dengan jawabannya, karena menurut pengetahuannya Ucesrawas mempunyai warna bulu putih polos, dari ujung surai hingga ujung ekor. Tetapi Dewi Kadru bersikeras bahwa Ucesrawas tidak sepenuhnya putih.
Keduanya sama-sama mempertahankan pendiriannya, sehingga mengadakan taruhan: siapa yang kalah ia harus mngerjakan dan melaksanakan perintah pemenang dan menjadi budaknya.
Dewi Kadru, mempertajam penglihatannya, tetapi jelas tidak akan melihat warna lain di tubuh Ucesrawas karena memang sesungguhnya Ucesrawas berwarna putih polos. Dewi Kadru menjadi sangat gelisah dan mencemaskan nasibnya bila tidak bisa memenangkan taruhan itu. Penderitaan sebagai budak telah terbayang dirongga matanya, melihat kegelisahan Dewi Kadru, sang anak bergerak untuk membela ibunya, salah seokor dari mereka kemudian mendekati Ucesrawas dan melilit rambut ekor kuda putih tersebut, sehingga seolah ada warna hitam di ekor kuda yang putih itu, sehingga pada akhirnya dengan jelas bisa dilihat ada warna hitam diekor kuda tersebut.
Sejak itu, Dewi Winata menjadi budak Dewi Kadru, kutuk Aruna menjadi kenyataan, pekerjaaan dan perintah Dewi Kadru harus dijalankan Dewi Winata, salah satu pekerjaan yang membuatnya sengsara adalah saat memandikan anak-anak Dewi Kadru karena begitu banyak dan menakutkan.
Aruna mengetahui penderitaan ibunya, ia sangat menyesal dan bersedih hati tetapi dia tidak bisa berbuat apapun, kutuk itu menjadi kenyataan, setelah bulunya kuat membawa dirinya maka Aruna pergi terbang tinggi ke angkasa meninggalkan ibunya, karena tidak sampai hati melihat penderitaan ibunya karena kutuknya.
Arena kemudian bertapa di kolong langit, hinggap dimega malang dengan membawa kesedihan dan penyesalan.
Baca Aruni, Garuda untuk lanjutannya.
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Dikisahkan, Resi Kaspaya mempunyai dua orang istri kakak beradik, Dewi Kadru dan Dewi Winata. Keduanya kemudian melahirkan telur. Ratusan telur yang dilahirkan Dewi Kadru akhirnya menetas dan berwujud ular. Sedangkan dua telur yang dilahirkan Dewi Winata belum juga menetas.
Karena sekian lama belum menetas, Dewi Winata tidak sabar lagi akhirnya sebuah telur dipecahkan dan keluarlah seekor burung yang belum saatnya lahir, sehingga dia merintih-rintih karena penderitaannya. Keluarlah kutuk dalam rintihannya, kelak Dewi Winata akan mengalami kesengsaraan hidup, karena akan menjadi budak. Ucapan itu sangat mengejutkan Dewi Winata, tetapi kata telah terucap Dewi Winata hanya bisa menangis dengan penuh kecemasan dan menjaga telur yang sebutir lagi dengan sebaik-baiknya takut membuat kesalahan untuk kedua kalinya.
Kian hari burung yang diasuh dengan penuh kasih sayang itu tumbuh menjadi burung yang sangat besar, dan diberi nama Aruna.
Pada suatu ketika Dewi Kadru sedang bercengkerama dengan Dewi Winata adiknya, di sebuah taman yang indah nampak dikejauhan seekor kuda Suralaya sedang berlari-lari menikmati indahnya taman, kuda putih tersebut bernama Ucesrawas. Dewi Kadru kemudian bertanya kepada Dewi Winata, apakah warna bulu kuda tersebut, Dewi Winata kemudian menjawab bahwa Ucesrawas mempunyai warna putih bersih, Dewi Winata begitu yakin dengan jawabannya, karena menurut pengetahuannya Ucesrawas mempunyai warna bulu putih polos, dari ujung surai hingga ujung ekor. Tetapi Dewi Kadru bersikeras bahwa Ucesrawas tidak sepenuhnya putih.
Keduanya sama-sama mempertahankan pendiriannya, sehingga mengadakan taruhan: siapa yang kalah ia harus mngerjakan dan melaksanakan perintah pemenang dan menjadi budaknya.
Dewi Kadru, mempertajam penglihatannya, tetapi jelas tidak akan melihat warna lain di tubuh Ucesrawas karena memang sesungguhnya Ucesrawas berwarna putih polos. Dewi Kadru menjadi sangat gelisah dan mencemaskan nasibnya bila tidak bisa memenangkan taruhan itu. Penderitaan sebagai budak telah terbayang dirongga matanya, melihat kegelisahan Dewi Kadru, sang anak bergerak untuk membela ibunya, salah seokor dari mereka kemudian mendekati Ucesrawas dan melilit rambut ekor kuda putih tersebut, sehingga seolah ada warna hitam di ekor kuda yang putih itu, sehingga pada akhirnya dengan jelas bisa dilihat ada warna hitam diekor kuda tersebut.
Sejak itu, Dewi Winata menjadi budak Dewi Kadru, kutuk Aruna menjadi kenyataan, pekerjaaan dan perintah Dewi Kadru harus dijalankan Dewi Winata, salah satu pekerjaan yang membuatnya sengsara adalah saat memandikan anak-anak Dewi Kadru karena begitu banyak dan menakutkan.
Aruna mengetahui penderitaan ibunya, ia sangat menyesal dan bersedih hati tetapi dia tidak bisa berbuat apapun, kutuk itu menjadi kenyataan, setelah bulunya kuat membawa dirinya maka Aruna pergi terbang tinggi ke angkasa meninggalkan ibunya, karena tidak sampai hati melihat penderitaan ibunya karena kutuknya.
Arena kemudian bertapa di kolong langit, hinggap dimega malang dengan membawa kesedihan dan penyesalan.
Baca Aruni, Garuda untuk lanjutannya.
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Posting Komentar untuk "Aruna, Garuda"