Ekalaya
Ekalaya adalah raja negara Paranggelung, permaisurinya bernama Dewi Anggraini, yang terkenal dengan kesetiaannya. Ekalaya seorang raja yang selalu mendalami olah keprajuritan dan menekuni ilmu perang.
Ekalaya mendengar bahwa di negara Astina berdiam seorang guru besar yang mengajarkan ilmu memanah kepada Pandawa dan Kurawa. Kemudian dia mendatangi Pandita Durna bermaksud untuk menjadi muridnya. Akan tetapi keinginan Ekalaya tidak bisa terwujud, Durna tidak bersedia mengangkat Ekalaya menjadi muridnya. Ekalaya tetap kepada kehendaknya, kemudian dia pergi masuk ke dalam hutan, membuat arca berwujud Durna, Disitulah Ekalaya belajar memanah dengan keyakinan yang mendalam bahwa dihadapannya adalah bukan arca akan tetapi Durna sendiri, setiap kali Ekalaya akan berlatih memanah ia terlebih dahulu akan bersimpuh dihadapan Arca Durna untuk memohon restu agar dapat menjadi seorang yang mahir dan pandai dalam olah panahan.
Diantara murid Durna yang paling pandai dalam hal memanah adalah Atjuna, pada suatu ketika Arjuna pergi berburu ke dalam hutan. Arjuna memasuki hutan lebat itu justru mendekati tempat Ekalaya memanah. Anjing tersebut mencium bau Ekalaya kemudian menyalak, Arjuna mencari sebab mengapa anjing itu terus menerus menyalak dan membiarkan binatang tersebut menuju tempat sasarannya, Arjuna pun mengikuti arah tujuan anjing tersebut.
Dari tempat yang lain Ekalaya mendengar salak anjing tersebut, tetapi tidak melihatnya hanya mendengar arah anjing itu datang, kemudian Ekalaya memasang tujuh anak panah dan melepaskannya ke arah dimana anjing tersebut datang. Tujuh anak panah melesat sekaligus dari busur Ekalaya. Dlama sekejap salak anjing terdiam.
Arjuna terperanjat, karena mulut anjing tersebut telah tertancap tujuh anak panah.Melihat hal ini, Arjuna menjadi sangat marah dan mencari arah datanganya anak panah tersebut.
Bertemulah Arjuna dan Ekalaya, mereka bersepakat untuk bertanding memanah, tetapi kiranya Arjuna tidak mampu menandingi kepandaian Ekalaya. Arjuna pun mengakui kekalahan tersebut. Atas pertanyaan Arjuna, Ekalaya mengatakan bahwa kemahiran memanah tersebut atas bimbingan dan tuntunan gurunya, kemudian Ekalaya menunjukkkan arca Durna kepada Arjuna. Arjuna sangat terkejut melihat bahwa Arca tersebut adalah ujud dari Durna gurunya. Kemudian Arjuna menghadap Durna, mengatakan bahwa Durna mengajarkan ilmu memanah kepadanya tidak sungguh-sungguh dan pilih kasih, Durna sangat keheranan dengan tuduhan tersebut karena merasa telah mengajarkan semua tehnik memanah kepada Arjuna.
Kemudian Durna diiringi Arjuna pergi menemui Ekalaya, setelah berjumpa dan mengadakan tanya jawab akhirnya Durna meminta kesetiaan Ekalaya dengan bukti-bukti nyata apabila dia memang bersungguh-sungguh menjadi mudridnya. Ekalaya mengikrarkan kesetiaanya dengan kata dan perbuatan dan menyerahkan jiwa raganya kepada Durna.
Durna akhirnya memotong ibu jari Ekalaya dan kemudian diletakkan pada jari Arjuna beserta cincin mustika Ampal yang melekat di ibu jari tersebut. Dengan demikian Ekalaya tidak lagi mahir dalam hal memanah, sebaliknya Arjuna menjadi pemanah ulung yang jarang tandingannya di seluruh Arcapada.
Ekalaya kemudian mengikrarkan sumpahnya, bahwa Ekalaya akan menuntut balas kepada Durna dalam perang Baratayuda kelak. Sumpah ini terwujud Durna gugur di Tegal Kurusetra oleh Drestajumena yang telah disusupi badan halus Ekalaya.
Ada cerita lain yang menceritakan bahwa kepergian Ekalaya belajar memanah didampingi oleh Dewi Anggraini istrinya, hal ini mengakibatkan selain Arjuna iri akan kemampuan memanah Ekalaya juga terpesona oleh kecantikan Dewi Anggraini.
Yang lain lagi menceritakan bahwa, Ekalaya diterima menjadi murid oleh Durna dan berkumpul menjadi satu saudara seperguruan dengan Pandawa dan Kurawa. Pada suatu saat, Arjuna jatuh cinta pada pandangan pertama melihat kecantikan Dewi Anggraini. Singkat cerita, Dewi Anggraini memberitahu Ekalaya perihal Arjuna memaksakan cinta padanya. Terjadilah pertarungan antara kedua kesatria tersebut, tetapi Arjuna tidak dapat menandingi kemampuan Ekalaya, karena kekalahan yang memalukan ini, kemudian Arjuna memohon kepada Resi Durna untuk mengatasi peristiwa ini, oleh Resi Durna ibu jari tangan Palgunadi/Ekalaya yang memakai cincin Mustika Ampal dipotong dan potongan ibu jari tersebut dipasangakan ke tangan Arjuna.
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Ekalaya mendengar bahwa di negara Astina berdiam seorang guru besar yang mengajarkan ilmu memanah kepada Pandawa dan Kurawa. Kemudian dia mendatangi Pandita Durna bermaksud untuk menjadi muridnya. Akan tetapi keinginan Ekalaya tidak bisa terwujud, Durna tidak bersedia mengangkat Ekalaya menjadi muridnya. Ekalaya tetap kepada kehendaknya, kemudian dia pergi masuk ke dalam hutan, membuat arca berwujud Durna, Disitulah Ekalaya belajar memanah dengan keyakinan yang mendalam bahwa dihadapannya adalah bukan arca akan tetapi Durna sendiri, setiap kali Ekalaya akan berlatih memanah ia terlebih dahulu akan bersimpuh dihadapan Arca Durna untuk memohon restu agar dapat menjadi seorang yang mahir dan pandai dalam olah panahan.
Diantara murid Durna yang paling pandai dalam hal memanah adalah Atjuna, pada suatu ketika Arjuna pergi berburu ke dalam hutan. Arjuna memasuki hutan lebat itu justru mendekati tempat Ekalaya memanah. Anjing tersebut mencium bau Ekalaya kemudian menyalak, Arjuna mencari sebab mengapa anjing itu terus menerus menyalak dan membiarkan binatang tersebut menuju tempat sasarannya, Arjuna pun mengikuti arah tujuan anjing tersebut.
Dari tempat yang lain Ekalaya mendengar salak anjing tersebut, tetapi tidak melihatnya hanya mendengar arah anjing itu datang, kemudian Ekalaya memasang tujuh anak panah dan melepaskannya ke arah dimana anjing tersebut datang. Tujuh anak panah melesat sekaligus dari busur Ekalaya. Dlama sekejap salak anjing terdiam.
Arjuna terperanjat, karena mulut anjing tersebut telah tertancap tujuh anak panah.Melihat hal ini, Arjuna menjadi sangat marah dan mencari arah datanganya anak panah tersebut.
Bertemulah Arjuna dan Ekalaya, mereka bersepakat untuk bertanding memanah, tetapi kiranya Arjuna tidak mampu menandingi kepandaian Ekalaya. Arjuna pun mengakui kekalahan tersebut. Atas pertanyaan Arjuna, Ekalaya mengatakan bahwa kemahiran memanah tersebut atas bimbingan dan tuntunan gurunya, kemudian Ekalaya menunjukkkan arca Durna kepada Arjuna. Arjuna sangat terkejut melihat bahwa Arca tersebut adalah ujud dari Durna gurunya. Kemudian Arjuna menghadap Durna, mengatakan bahwa Durna mengajarkan ilmu memanah kepadanya tidak sungguh-sungguh dan pilih kasih, Durna sangat keheranan dengan tuduhan tersebut karena merasa telah mengajarkan semua tehnik memanah kepada Arjuna.
Kemudian Durna diiringi Arjuna pergi menemui Ekalaya, setelah berjumpa dan mengadakan tanya jawab akhirnya Durna meminta kesetiaan Ekalaya dengan bukti-bukti nyata apabila dia memang bersungguh-sungguh menjadi mudridnya. Ekalaya mengikrarkan kesetiaanya dengan kata dan perbuatan dan menyerahkan jiwa raganya kepada Durna.
Durna akhirnya memotong ibu jari Ekalaya dan kemudian diletakkan pada jari Arjuna beserta cincin mustika Ampal yang melekat di ibu jari tersebut. Dengan demikian Ekalaya tidak lagi mahir dalam hal memanah, sebaliknya Arjuna menjadi pemanah ulung yang jarang tandingannya di seluruh Arcapada.
Ekalaya kemudian mengikrarkan sumpahnya, bahwa Ekalaya akan menuntut balas kepada Durna dalam perang Baratayuda kelak. Sumpah ini terwujud Durna gugur di Tegal Kurusetra oleh Drestajumena yang telah disusupi badan halus Ekalaya.
Ada cerita lain yang menceritakan bahwa kepergian Ekalaya belajar memanah didampingi oleh Dewi Anggraini istrinya, hal ini mengakibatkan selain Arjuna iri akan kemampuan memanah Ekalaya juga terpesona oleh kecantikan Dewi Anggraini.
Yang lain lagi menceritakan bahwa, Ekalaya diterima menjadi murid oleh Durna dan berkumpul menjadi satu saudara seperguruan dengan Pandawa dan Kurawa. Pada suatu saat, Arjuna jatuh cinta pada pandangan pertama melihat kecantikan Dewi Anggraini. Singkat cerita, Dewi Anggraini memberitahu Ekalaya perihal Arjuna memaksakan cinta padanya. Terjadilah pertarungan antara kedua kesatria tersebut, tetapi Arjuna tidak dapat menandingi kemampuan Ekalaya, karena kekalahan yang memalukan ini, kemudian Arjuna memohon kepada Resi Durna untuk mengatasi peristiwa ini, oleh Resi Durna ibu jari tangan Palgunadi/Ekalaya yang memakai cincin Mustika Ampal dipotong dan potongan ibu jari tersebut dipasangakan ke tangan Arjuna.
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Posting Komentar untuk "Ekalaya"