Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Yamawidura

Widura dalam pedalangan terkenal dengan nama Yamawidura, ia adalah putra Prabu Kresnadwipayana/Abiyasa raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Datri.

Arya Widura mempunyai seorang istri bernama Dewi Padmarini putri Prabu Dipacandra. Di dalam perkawinan itu ia mempunyai dua orang putra masing-masing bernama Sanjaya dan Yuyutsuh. Sedangkan saudara seayah lain ibu adalah Drestarastra dan Pandu.

Didalam pertikaian Kurawa melawan Pandawa tentang negara Astina, Widura dengan susah payah mendamaikannya, hal ini dikarenakan kedua belah pihak adalah satu keluarga dan merupakan putra-putra dari saudara-saudaranya. Dalam hal ini, Widura dibantu oleh putranya Sanjaya.

Widura kemudian menemui Begawan Abiyasa, Prabu Matswapati, Resi Bisma, Resi Krepa, Pendeta Durna, Prabu Drupada, Prabu Drestarasata, Sri Kresna, Prabu Yudistira, dan Prabu Suyudana dalam usahanya untuk mencari perdamaian mengingat bahwa dialah yang menulis piagam penyerahan Astina dari Abiyasa/Prabu Kresnadwipayana kepada pemangku kerajaan, yaitu Prabu Destarata, setelah Prabu Pandudewanata mangkat. Hal itu dijalankannya demi keutuhan keluarga.

Walaupun Arya Sengkuni, si penghasut dan Karna yang dendam terhadap Pandawa dapat mempengaruhi Prabu Duryudana tetapi atas ketrampilan Widura, Pandawa telah mengalah dan minta kepada Kurawa dengan perantaraan Sanjaya, bahwa Pandawa bersedia menerima separuh negara Astina, yaitu Awistala, Wrekastala, Waranawata, Makandi dan Amasana.

Tetapi meskipun Pandawa telah merelakan separuh haknya, hal itu ditolak oleh Prabu Duryudana. Semenjak semula Kurawa merencanakan untuk membinasakan Pandawa, jauh sebelum mereka memegang tampuk kekuasaan negara Astina. Dalam peristiwa Krukmandala, Widura telah menolong Pandawa dengan membuat terowongan bawah tanah, sehingga Pandawa terhindar dari bahaya api kebakaran yang telah direncanakan oleh Kurawa. Kejadian ini diceritakan dalan lakon "Bale Sigalagala".

Di dalam pertistiwa bermain dadu, dalam lakon "Pandawa Dadu" Widura telah memberi peringatan kepada Yudistira agar supaya tidak usah menerima tantangan Duryudana, Tetapi Yudistira tidak mematuhinya sehingga Pandawa dan Dewi Drupadi habis tandas kekayaannya dan mendapat penghinaan yang melampaui batas-batas kemanusiaan dan menderita kesengsaraan selama berpuluh-puluh tahun.

Untuk bakti darmanya kepada Destarata sang kakak yang buta, Widura memerintahkan Sanjaya untuk mengawal dan melayaninya.

Ketika gejala-gejala meletusnya perang Baratayuda sudah mulai muncul, Widura kemudian berunding dengan putra-putranya Sanjaya dan Yuyutsuh, untuk menentukan sikap membantu kepada siapa dan kemana mereka harus berpihak. Setelah berunding beberapa kali mereka tidak mendapatkan keputusan, akhirnya Widura pergi meninggalkan istana dan bertapa ditengah hutan.

Catatan:
Widura mempunyai tempat tinggal di lingkungan istana Astina, terletak di belakang kraton yang disebut Pangombakan.

Setelah perang Baratayuda selesai, Pandawa mengatur segala-galanya untuk membangun kembali negara Astina. Pandawa mencari orang yang wajib dimuliakan dan patut mendapat kehormatan yang setimpal atas tindakannya yaitu Widura.

Setelah sekian lama pencarian, suatu ketika mereka dapat menjumpainya sedang bertapa dengan duduk bermudra, bersandar pada sebuah mandira (pohon besar) para Pandawa segera membersihkan rumput dan tumbuh-tumbuhan yang mengitarinya. Mereka mendekat untuk menghaturkan hormat, ketika Yudistira akan bersujud di kakinya tiba-tiba terdengar suara yang mencegahnya: "Jangan Yudistira, jangan kau singgung tubuh Widura, karena yitmanya telah moksa, sempurakanlah badan jasmaninya."

Para Pandawa kemudian membuat pancaka dan menyalakan api pembakaran, Pandawa menyempurnakan jasad Widura ke alam nirwana diiringi dengan genangan air mata duka cita.

Widura mempunyai watak jujur, adil, teliti, limpat dan selalu tenang menghadapi segala masalah dan persoalan hidup. Ia sangat bakti kepada orang tua dan saudara tuanya serta patuh kepada perintah. Ia menguasai bermacam bahasa dan tulisan. Mahir membaca kakawin dan paham kitab Weda serta melagukannya dengan suara yang merdu.

Wanda: Panukma, Buncit dan Rungsit

Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Dodi Subandoro
Dodi Subandoro Keep Calm and Carry On
Rabbighfirlii Warhamnii Wajburnii Warfa’nii Warzuqnii Wahdinii Wa’aaifinii Wa’fuaniii

Posting Komentar untuk "Yamawidura"