Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sarpakenaka, Dewi

Wayang Dewi Sarpakenaka
Dewi Sarpakenaka adalah putri Resi Wisrawa dengan Dewi Sukesi, putri Prabu Sumali raja negara Alengka. Ia berwujud raksasa. Saudara sekandungnya Dewi Sarpakenaka adalah:
  • Rahwana/Prabu Dasamuka, raja Alengka, berwujud raksasa.
  • Arya Kumbakarna, berwujud raksasa, berkedudukan di kesatrian Leburgangsa.
  • Arya Wibisana, berwujud manusia berwajah tampan.
Dinamakan Sarpakenaka, karena ia memiliki kuku yang mengandung bisa ular dan merupakan senjata andalannya, tak jarang Dewi Sarpakenaka terjun ke pertempuran mengamuk dengan dahsyat dan mengerikan dengan menggunakan kukunya.

Dewi Sarpakenaka mempunyai dua orang suami bernama: Ditya Karadusana dan Ditya Kala Nopati. Kala Marica abdi kinasih Prabu Dasamuka juga menjadi kekasih Dewi Sarpakenaka.

Waktu remaja, ia beserta saudara-saudaranya pergi bertapa atas perintah ayahnya, Resi Wiraswara agar hidupnya dapat teguh, timbul dan kuat hatinya. Watak serakah dan bengis Sarpakenaka disebabkan dia sangat dimanjakan oleh saudara-saudara dan ayah ibunya, karena Sarpakenaka adalah satu-satunya wanita di keluarga tersebut.

Di dalam cerita Ramayana disebutkan bahwa pada saat Sri Rama berkelana di hutan Dandaka, Dewi Sarpakenaka mendapat laporan dari Ditya Anggisrana, bahwa di hutan tersebut ada tiga orang manusia bertempat tinggal di sebuah pondok, yang seorang adalah wanita berparas cantik sedang yang lainnya laki-laki tampan.

Mendengar penuturan tersebut Dewi Sarpakenaka segera mendatangi tempat tersebut dan melihat Sri Rama dan Leksmana yang sungguh sangat mempesonakan, sehingga seketika itu juga ia menjadi jatuh cinta. Ia kemudian beralih rupa menjadi seorang putri cantik dan datang menghadap Sri Rama menyatakan maksudnya agar Sri Rama sudi menjadi suaminya.

Oleh karena Sri Rama telah mempunyai Dewi Sinta sebagi istrinya. Dewi Sarpakenaka yang jelita itu dipersilahkan untuk meminang adiknya, Lesmana. Dewi Sarpakenaka kemudian mendatangi Lesmana dan menguraikan keinginannya untuk mengadi sebagai istrinya. Tetapi lamarannya ditolak dengan halus. Penolakan itu menimbulkan kemarahannya, sehingga ia memaksakan kehendak. Ia menghunus kerisnya dan akibatnya Lesmana menjadi marah. Hidung Dewi Sarpakenaka pun kemudian ditebasnya.

Dengan penuh kesakitan, Dewi Sarpakenaka kemudian lari dan mengadu kepada suaminya yang pertama, yaitu Karadursana. Karadursana menjadi marah lalu berangkat ke Dandaka untuk membalaskan dendam istrinya dan melampiaskan kemarahannya atas penghinanaan yang diterima keluarganya. Karadursana berperang melawan Lesmana, tetapi dengan mudah dapat dibinasakan. Ia mati oleh tangan Lesmana. Dewi Sarpakenaka kemudian kembali ke Alengka dan mengadukan persoalannya kepada kakaknya, Prabu Dasamuka. Setelah mendengar tutur kata adiknya, Prabu Dasamuka segera pergi ke hutan Dandaka. Setelah melihat paras Dewi Sinta ia menjadi terperanjat, karena wajahnya mirip dengan Dewi Widowati, putri tempat menggantungkan segala cinta asmaranya.

Dengan tipu muslihat Kijang Kencana penjelmaan Kala Marica, ia dapat melepaskan Dewi Sinta dari sisi Sri Rama dan Lesmana. Dengan mudah Prabu Dasamuka dapat menculik Dewi Sinta ke Alengka. Setelah melalui peperangan dengan Garuda Jatayu. Penculikan Dewi Sinta, karena peristiwa Dewi Sarpakenaka tersebut mempunyai akibat yang sangat dahsyat bagi Alengka dengan segala isinya.

Perang besar Alengka pecahlah. Sri Rama dengan angkatan perang Wanaranya menggempur Alengka. Dewi Sarpakenaka tampil di medan perang tersebut, dengan keyakinan membela kakaknya dan rajanya yang telah memberi kemuktian kepadanya dan kewibawaan tanpa menghiraukan titik-titik kesalahannya dan kebenarannya, serta sekaligus melampiaskan dendam kepada Lesmana yang telah memberikan cacat cela pada wajahnya. Di dalam pertempuran itu ia berhasil berhadapan dengan Lesmana. Ia bertempur dengan penuh dendam sambil merayu melontarkan kata-kata cinta yang membara, sehingga Leksmana pun bergidik jijik melihat gerak-gerik Dewi Sarpakenaka.

Perang tanding tersebut menjadi semakin dahsyat, sebab Lesmana berhasrat untuk segera mengakhiri pertempuran. Ia segera memberi isyarat kepada Anoman untuk membantunya mempercepat kematian raksesi itu. Dari jauh Anoman dengan penuh kewaspadaan memperhitungkan kelemahan Dewi Sarpakenaka. Setelah dapat didesak oleh Lesmana, maka pengamatan diri Dewi Sapakenaka menjadi lengah dan dengan cepat seperti kilat, Anoman menyambar Dewi Sapakenaka dan mengigit kukunya yang sangat ampuh tersebut hingga terlepas dari tubuhnya. Dengan hilangnya pusaka saktinya, Dewi Sarpakenaka tidak berdaya menghadapi kemampuan Lesmana, sehingga dengan mudah Lesmana segera mengakhiri kebengisan Dewi Sarpakenaka tersebut.

Wanda: Nenes, Cicir, mencerminkan wataknya yang bengis, congkak, banyak tingkah, ganas, angkara murka dan serakah.

Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Dodi Subandoro
Dodi Subandoro Keep Calm and Carry On
Rabbighfirlii Warhamnii Wajburnii Warfa’nii Warzuqnii Wahdinii Wa’aaifinii Wa’fuaniii

Posting Komentar untuk "Sarpakenaka, Dewi"