Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kumbakarna

Tokoh Wayang Kumbakarna
Kumbakarna adalah putra Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi. Sewaktu lahir, Kumbakarna berujud bayi yang jauh lebih besar dari ukurun bayi pada umumnya, telinga besar seperti kuali/belanga, oleh sebab itulah dia diberi nama Kumbakarna, kumba artinya belanga/kuali karna artinya telinga.

Kumbakarna mempunyai tiga saudara seibu bernama:
  • Rahwana/Prabu Dasamuka, raja Alengka, berwujud raksasa.
  • Dewi Sarpakenaka, berwujud raksasa, mempunyai kemampuan berubah ujud menjadi dewi yang cantik.
  • Arya Wibisana, berwujud manusia berwajah tampan.
Dan saudara Kumbakarna seayah lain ibu adalah Prabu Danapati/Danaraja/Wisrawana raja negara Lokapala.

Kumbakarna mempunyai seorang istri benama Dewi Aswani, dari perkawinan tersebut Kumbakarna mempunya dua orang putra berujud raksasa seperti dirinya yaitu Kumbakumba dan Aswanikumba. Mereka bertempat tinggal di kesatrian Leburgangsa.

Kumbakarna berwatak jujur, berani karena benar dan bersifat kesatria. Sewaktu Kumbakarna muda dia sering pergi bertapa dengan maksud agar dapat anugerah berupa kejujuran dan kesaktian. Demi menghilangkan kebiasaan buruk memakan manusia, oleh Begawan Sumali kakeknya. Kumbakarna disuruh bertapa selama limapuluh tahun, makanannya hanya air dan embun. Setelah limapuluh tahun bertapa, Batara Guru menganugerahkan rahmat untuk mengabulkan semua permintaan Kumbakarna, dengan syarat permohonan itu harus baik, tidak merugikan orang lain. Permintaan itu dikabulkan, nafsu untuk memakan manusia lenyap dari dirinya, bahkan oleh Batara Guru, Kumbakarna masih diberi tiga aji kesaktian yaitu Aji Gelap Sakethi, kekuatannya bisa mengeluarkan suara yang menakutkan musuh, Aji Gedhongmenga membuatnya mampu makan dan minum yang sangat banyak agar menjadikan kuat dan Aji Cirakalasupta, kekuatannya bisa tidur selama 1000 tahun tanpa terbangun.

Pada waktu Prabu Dasamuka menyerang Suralaya, Kumbakarna menjadi senapati laskar Alengka. Karena angkatan perang Dewa tidak mampu menahan gempuran laskar Astina, akhirnya Dewa mengadakan perjanjian perdamain. Putra-putra Alengka diberi anugrah bidadari dan hapsari. Kumbakarna mendapat seorang hapsari yang bernama Dewi Aswani yang kemudian menjadi permaisurinya di kesatrian Leburgangsa.

Dikisahkan pada waktu Alengka diserang wadya bala wanara dari Kiskenda pimpinan Sri Rama, dalam komando panglima perang Narapati Sugriwa, Kumbakarna memperingatkan Prabu Dasamuka kakaknya, bahwa perbuatan menculik Dewi Sinta itu salah, hal tersebut merupakan tindakan terscela dan mengusulkan untuk mengembalikan Dewi Sinta, tetapi pendapat itu membuat Prabu Dasamuka murka, Kumbakarna diusir dari Istana Alengka dan kembali ke kekesatrian Leburgangsa.

Sekembalinya Kumbakarna dari Alengka dia tidak lagi menghiraukan keadaan kakaknya, Kumbakarna memilih mantak aji Cirakalasupta di Leburgangsa. Api peperangan terus berkorbar, banyak senapati-senapati tangguh Alengka berguguran melawan senapati ulung wadya bala wanara. Angakatan perang Alengka terdesak hebat, mereka bertahan di sekitar kotaraja/ibukota Alengka.

Melihat keadaan tersebut, Prabu Dasamuka mengutus putra mahkota Megananda/Indrajit ke Leburgangsa untuk memanggil kembali Kumbakarna. Megananda/Indrajit berhasil membangunkan Kumbakarna dan melaporkan keadaan Alengka, yang hancur lebur diserbu pasukan Kiskenda, banyak korban berjatuhan dari mereka yang tidak mengerti apa-apa.

Setelah datang menghadap kakaknya, ia diperintahkan untuk maju ke medan perang, tetapi sekali lagi Kumbakarna justru menyalahkan Rahwana atas tindakannya itu, dengan mengorbankan rakyat Alengka untuk kepentingan dirinya yang sangat rendah sebagai Maharaja negara besar.

Kumbakarna akhirnya terjun ke medan pertempuran, dengan tekad tidak membela Rahwana kakaknya, akan tetapi berperang membela tanah airnya.

Narapati Sugriwa panglima perang Kiskenda, dibantu wadya bala wanara lainnya tidak mampu menahan amukan Kumbakarna, angkatan perang wanara kocar-kacir banyak wadya bala wanara meregang nyawa, Sugriwa terdesak hebat. Melihat perkembangan perperangan, akhirnya Sri Rama dan Leksmana maju ke medan pertempuran, turun tangan mengahadapi Kumbakarna, peperangan berlangsung hebat dan mengerikan, dengan kedatangan Kumbakarna angkatan perang Alengka bisa menyusun dan melaksanakan serangan balik terhadap angkatan perang Kiskenda.

Walaupun Sri Rama dan Leksmana sudah turun tangan langsung, belum menunjukkan tanda-tanda akan mampu mengalahkan Kumbakarna, bahkan mereka terdesak.

Kumbakarna berperang dengan hebatnya, tetapi takdir telah menentukan jalannya. Atas petunjuk Arya Wibisana, Sri Rama dan Leksmana dalam waktu yang bersamaan melepaskan anak panah sakti, sehingga bagian demi bagian tubuh Kumbakarna terpisah dari badannya. Kumbakarna akhirnya gugur sebagai pahlawan Alengka, gugur dengan keadaan seperti kutuk Jambumangli.

Setelah gugurnya Kumbakarna, setapak demi setapak angakatan perang wanara mendesak maju menghancurkan bala tentara raksasa, akhirnya Alengka hancur oleh ketamakan dan keserakahan rajanya.

Diceritakan, sewaktu Begawan Wisrawa memenangkan sayembara mempersunting Dewi Sukesi, menimbulkan kemarahan Jambumangli yang sebenarnya bermaksud mempersunting Dewi Sukesi, Jambumangli akhirnya berperang melawan Resi Wisrawa tetapi dapat dikalahkan, Jambumangli mati dalam keadaan mengenaskan, anggota tubuhnya terpisah-pisah karena panah yang dilepaskan Resi Wisrawa. Sebelum mati Jambumangli mengeluarkan kutukannya, kelak salah seorang anak Wisrawa akan mengalami kematian seperti yang diderita dirinya.

Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Dodi Subandoro
Dodi Subandoro Keep Calm and Carry On
Rabbighfirlii Warhamnii Wajburnii Warfa’nii Warzuqnii Wahdinii Wa’aaifinii Wa’fuaniii

Posting Komentar untuk "Kumbakarna"