Gendari, Dewi
Dewi Gendari/Dewi Gandari adalah putri sulung Prabu Gandara, raja negara Gandaradesa/Plasajenar ibunya bernama Dewi Gandini. Ia mempunyai tiga orang saudara, masing-masing bernama: Arya Sengkuni, Arya Surabasa dam Arya Antisura.
Dewi Gendari menjadi permaisuri raja Astina Prabu Drestarastra/Destarata putra begawan Abiyasa/Prabu Kresnadwipayana di Hastinapura. Putranya berjumlah 100 orang dan disebut Sata Kurawa. Watak Dewi Gendari selalu mementingkan diri sendiri dan tidak segan-segan berkhianat serta mempunyai sifat kejam dan bengis.
Riwayat kehidupannya diceritakan sebagai berikut:
Pada suatu waktu di negara Mandura diadakan sayembara perang tanding memperebutkan Dewi Kunti. Sengkuni bermaksud ikut serta untuk melamar putri Mandura tersebut, ia pergi dengan membawa serta kakaknya Dewi Gendari, akan tetapi kedatangan mereka telah terlambat, sayembara telah selesai dan Dewi Kunti telah diboyong Pandu ke Astina. Arya Sengkuni kemudian menyusul pandu dan memeranginya akan tetapi Sengkuni kalah dan sebagai tanda takluknya Dewi Gendari diserahkan kepada Pandu, kemudian mereka mengikuti ke Astina.
Setibanya di Astina, atas titah Prabu Krisnadwipayana, Destarata di perintahkan untuk memilih salah satu dari ketiga putri tersebut, yaitu Dewi Kunti, Dewi Madrim dan Dewi Gendari. Destarata akhirnya memilih Dewi Gendari. Pandu mematuhi perintah ayahnya dan kemudian memperistri Dewi Kunti dan Dewi Madrim.
Sebenarnya Dewi Gendari menginginkan menjadi istri Pandu, kekecewaan itu menimbulkan rasa sakit hati dan dendam kepada Pandu. Ia bersumpah kelak anak-anaknya akan selalu menjadi musuh anak-anak Pandu. Hal ini menjadi kenyataan, bahwa anak Dewi Gendari (Kurawa) sepanjang hidup mereka selalu menjadi musuh anak Pandu (Pandawa).
Di dalam perkawinan itu, Destarata dengan Dewi Gendari memperoleh putra sebanyak seratus orang. Diceritakan, sewaktu Dewi Gendari melahirkan, yang keluar dari rahimnya adalah gumpalan darah kental. Dewi Gendari sangat marah, gumpalan darah tersebut diinjaknya sampai beserak berantakan. Kepingan darah kental tersebut, akhirnya menjadi bayi sebanyak seratus orang, diantaranya terdapat seorang bayi wanita.
Keseratus anak tersebut bernama: Adityaketu, Agrasara, Agrayayin, Anuwenda, Aparajita, Balaki, Balawardana, Bimarata, Bimasuwala, Bimawega, Bogadenta, Bomawikata, Bwirajasa, Carucitra, Citrabana, Citraboma, Citraga, Citraksa, Citraksi, Citrakundala, Citrawarma, Danurdara, Dirgabahu, Dirgalasara, Dirgama, Dirgaroma, Dredaseta, Dredawarman, Dredayuda, Dretakesti, Durbahu, Durdara, Durdarsa, Durgempa, Durkarana, Durkaruna, Durkunda, Durlogana, Durmada, Durmagati, Durmanaba, Durmasana, Durmuka, Durnandaka, Durpramata, Durprasadarsa, Dursaha, Dursara, Dursasana, Dursatwa, Dursaya, Dursilawati, Durta, Durwega, Duryuda, Duryudana, Dusprajaya, Ekaboma, Ekatana, Gardapati, Gardapura, Habaya, Haknyadresya, Halayuda, Hanudara, Jalasaha, Jalasantaka, Jalasuma, Jarasanda, Kartamarma, Kenyakadaya, Kratana, Kundasayin, Mahabahu, Nagadata, Patiweya, Pratipa, Rudrakarman, Senani, Somakirta, Srutayuda, Sulacana, Suwarcas, Trigarba, Udadara, Ugayuda, Ugrasrawa, Ugraweya, Upacitra, Upanandaka, Wahkawaca, Watawega, Wikataboma, Windandini, Wingwingsata, Wirabahu, Wisalaksa, Wiyudarus, Yutadirga dan Yuyutsu.
Pada waktu upacara tingkeban (Jawa) Dewi Gendari dimandikan di sungai Gangga dan minta agar Pandu turut serta dalam upacara tersebut tetapi berhalangan datang, sehingga Dewi Gendari memantapkan sumpahnya agar anak-anaknya menjadi lawan anak-anak Pandu selamanya.
Dalam perebutan kekuasaan negara Astinapura akhirnya Duryudana menduduki tahta Astina dan Pandawa diusir selama 13 tahun, ini merupakan hasil tipu daya Dewi Gendari yang dilaksanakan oleh Arya Sengkuni.
Tabiat dan perbuatan dari Dewi Gendari ini berakibat meletusnya perang Baratayuda, mengakibatkan tumpasnya keluarga Kurawa. Akhir cerita dikisahkan Dewi Gendari mati terbakar dalam hutan bersama-sama dengan Dewi Kunti.
Wanda: Golek
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Dewi Gendari menjadi permaisuri raja Astina Prabu Drestarastra/Destarata putra begawan Abiyasa/Prabu Kresnadwipayana di Hastinapura. Putranya berjumlah 100 orang dan disebut Sata Kurawa. Watak Dewi Gendari selalu mementingkan diri sendiri dan tidak segan-segan berkhianat serta mempunyai sifat kejam dan bengis.
Riwayat kehidupannya diceritakan sebagai berikut:
Pada suatu waktu di negara Mandura diadakan sayembara perang tanding memperebutkan Dewi Kunti. Sengkuni bermaksud ikut serta untuk melamar putri Mandura tersebut, ia pergi dengan membawa serta kakaknya Dewi Gendari, akan tetapi kedatangan mereka telah terlambat, sayembara telah selesai dan Dewi Kunti telah diboyong Pandu ke Astina. Arya Sengkuni kemudian menyusul pandu dan memeranginya akan tetapi Sengkuni kalah dan sebagai tanda takluknya Dewi Gendari diserahkan kepada Pandu, kemudian mereka mengikuti ke Astina.
Setibanya di Astina, atas titah Prabu Krisnadwipayana, Destarata di perintahkan untuk memilih salah satu dari ketiga putri tersebut, yaitu Dewi Kunti, Dewi Madrim dan Dewi Gendari. Destarata akhirnya memilih Dewi Gendari. Pandu mematuhi perintah ayahnya dan kemudian memperistri Dewi Kunti dan Dewi Madrim.
Sebenarnya Dewi Gendari menginginkan menjadi istri Pandu, kekecewaan itu menimbulkan rasa sakit hati dan dendam kepada Pandu. Ia bersumpah kelak anak-anaknya akan selalu menjadi musuh anak-anak Pandu. Hal ini menjadi kenyataan, bahwa anak Dewi Gendari (Kurawa) sepanjang hidup mereka selalu menjadi musuh anak Pandu (Pandawa).
Di dalam perkawinan itu, Destarata dengan Dewi Gendari memperoleh putra sebanyak seratus orang. Diceritakan, sewaktu Dewi Gendari melahirkan, yang keluar dari rahimnya adalah gumpalan darah kental. Dewi Gendari sangat marah, gumpalan darah tersebut diinjaknya sampai beserak berantakan. Kepingan darah kental tersebut, akhirnya menjadi bayi sebanyak seratus orang, diantaranya terdapat seorang bayi wanita.
Keseratus anak tersebut bernama: Adityaketu, Agrasara, Agrayayin, Anuwenda, Aparajita, Balaki, Balawardana, Bimarata, Bimasuwala, Bimawega, Bogadenta, Bomawikata, Bwirajasa, Carucitra, Citrabana, Citraboma, Citraga, Citraksa, Citraksi, Citrakundala, Citrawarma, Danurdara, Dirgabahu, Dirgalasara, Dirgama, Dirgaroma, Dredaseta, Dredawarman, Dredayuda, Dretakesti, Durbahu, Durdara, Durdarsa, Durgempa, Durkarana, Durkaruna, Durkunda, Durlogana, Durmada, Durmagati, Durmanaba, Durmasana, Durmuka, Durnandaka, Durpramata, Durprasadarsa, Dursaha, Dursara, Dursasana, Dursatwa, Dursaya, Dursilawati, Durta, Durwega, Duryuda, Duryudana, Dusprajaya, Ekaboma, Ekatana, Gardapati, Gardapura, Habaya, Haknyadresya, Halayuda, Hanudara, Jalasaha, Jalasantaka, Jalasuma, Jarasanda, Kartamarma, Kenyakadaya, Kratana, Kundasayin, Mahabahu, Nagadata, Patiweya, Pratipa, Rudrakarman, Senani, Somakirta, Srutayuda, Sulacana, Suwarcas, Trigarba, Udadara, Ugayuda, Ugrasrawa, Ugraweya, Upacitra, Upanandaka, Wahkawaca, Watawega, Wikataboma, Windandini, Wingwingsata, Wirabahu, Wisalaksa, Wiyudarus, Yutadirga dan Yuyutsu.
Pada waktu upacara tingkeban (Jawa) Dewi Gendari dimandikan di sungai Gangga dan minta agar Pandu turut serta dalam upacara tersebut tetapi berhalangan datang, sehingga Dewi Gendari memantapkan sumpahnya agar anak-anaknya menjadi lawan anak-anak Pandu selamanya.
Dalam perebutan kekuasaan negara Astinapura akhirnya Duryudana menduduki tahta Astina dan Pandawa diusir selama 13 tahun, ini merupakan hasil tipu daya Dewi Gendari yang dilaksanakan oleh Arya Sengkuni.
Tabiat dan perbuatan dari Dewi Gendari ini berakibat meletusnya perang Baratayuda, mengakibatkan tumpasnya keluarga Kurawa. Akhir cerita dikisahkan Dewi Gendari mati terbakar dalam hutan bersama-sama dengan Dewi Kunti.
Wanda: Golek
Mohon tulis di kolom komentar jika ada kesalahan atau kekurangan pada artikel ini.
Posting Komentar untuk "Gendari, Dewi"